أبنا,

أبنا,
الذي فن في سماء, يبجّل [ثي] اسم. [ثي] يأتي مملكة. سيتمّ [ثي] كنت, على أرض بما أنّ هو يكون في سماء.

أعطيتنا هذا يوم خبزنا يوميّة . وعن صفحنا انتهاكاتنا, بما أنّ نحن عن صفح أنّ الذي يتجاوز ضدّ نا.وقدتنا لا داخل إغراء,غير أنّ سلّمتنا من شر.
آمين.

Abba Anna

Abânâ allâthi fî-ssamawât

Li ataqaddas Ismuka,

Li a’ty Malakutuka,

Li takun mashiatuka

Kama fi-ssamâwy,

Kadhalika ‘ala-l’ard.

A’tina khubzena kafêfa yaumina

Wa ukhfer lana khatayânâ

Kamâ nahnu nakhfir li man akhta’ ilaynâ

Wa lâ tudkhilnâ fî-ttajârib,

Lâkin najinâ min-ashsherir.

Amin


Our Father,
Who art in heaven,
Hallowed be Thy Name.
Thy Kingdom come.
Thy Will be done, on earth as it is in Heaven.
Give us this day our daily bread.
And forgive us our trespasses,
as we forgive those who trespass against us.
And lead us not into temptation,
deliver us from evil.
Amen.

Bapa kami yang ada di Surga,
dimuliakanlah nama-Mu.
Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu,
di atas bumi seperti di dalam surga.
Berilah kami rejeki pada hari ini,
dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni
yang bersalah kepada kami
.
Dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan,
tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
Amin.

[saya membaca doa ini dengan sepenuh hati, dan saya merasakan perubahan yang luar biasa dalam hidup saya. Cobalah, sekarang juga]

Yesus Mati Untuk Ku, Hidupku Berubah Saat Ku Terima Dia

Kesaksian Nick Vujicic

Nick Vujicic di Indonesia

Life Without Limbs

Bukalah Hatimu Sekarang

Mama, kesaksian Il Divo

Kesaksian Tentang Pasangan Hidup

Jesus Camp

Kesaksian Artis Ibukota: YESUS KEKUATANKU

Yesus On The Street

Kesaksian Samuel

Kesaksian Elizabeth: NERAKA

Remaja Tobat Indonesia

Mukzijat di Tentena (via Anak Perempuan Kecil)

How Lord Jesus solved devout muslim women's family problem

Muslims on West Bank (Palestine) SAW Jesus Christ

Jesus in China

Wednesday, May 24, 2006

Glenn Fredly: Tuhan Yesus itu jadi temen curhat dan temen ngobrol gue


Sumber: http://www.gfresh-online.com/
Dia adalah Glenn Fredly Deviano Latuihamallo, anak pertama dari pasangan Hengky Latuihamallo dan Linda Siahaya, yang punya nama beken Glenn Fredly. Setelah memesan kopi susu di warteg tempat kami mengobrol, team GF! langsung melontarkan beberapa pertanyaan seputar perjalanan karier dan kehidupan pribadi pemuda kelahiran, Jakarta, 30 September 1975. Dan dengan antusias nyong Ambon ini menjawab dengan seksama setiap pertanyaan yang kami lontarkan, mau tau liputannya ikuti terus wawancara dengan cowok yang selalu berpenampilan sederhana ini.

Ceritain dong awal perjalanan karier kamu?

Puji Tuhan perjalanan karier gue adalah sebuah proses step by step dan itu nggak gampang. Gue percaya semua itu karena Tuhan Yesus sangat sayang ama gue. Kira-kira tahun 1984/1985, waktu itu gue masih kelas 5 SD, gue berhasil menyabet juara pertama di satu festival sekolah.

Waktu itu sebenarnya gue tuh pengen ikut lomba melukis dan gue sendiri udah ambil formulir pendaftarannya, tapi nggak tau kenapa tiba-tiba, karena untuk lomba nyanyi nggak ada yang ikut, dipilihlah gue sebagai relawannya dan alasannya ya itu tadi karena gue orang Ambon satu-satunya di sekolah itu (yang lain mayoritas tionghoa). Sempet nangis juga sih, karena gue pengennya ikut lomba melukis kok dipaksa ikutan lomba nyanyi.

Berarti bisa dibilang dari sini dong jalan kamu menuju Glenn yang sekarang?

Yup. Opa gue yang melihat celah itu, bahwa gue punya kemampuan itu walaupun gue sendiri belum tau apakah gue bisa nyanyi atau enggak. Singkat cerita Glenn kecil diajar langsung oleh sang Opa yang bisa melihat jauh ke depan. Dengan disiplin yang tinggi, karena terbiasa dengan didikan Belanda, Opa mulai ngajarin gue nyanyi, baca not, tangga nada berikut tinggi rendahnya dan lain sebagainya.

Dan ternyata daya tangkap gue cukup bagus dan suara gue juga cukup oke dan bisa nyanyi dengan baik nggak fals. Setelah itu akhirnya gue berangkat mengikuti festival itu, babak demi babak gue lewati, dari mulai babak penyisihan, semifinal, dan babak final maju terus dan berhasil menjadi juara pertama dalam ajang festival nyanyi anak itu. Sebagai catatan waktu dari semua lomba tidak satupun lomba yang bisa dimenangin oleh sekolah gue, kecuali lomba nyanyi dan Glenn orangnya. Hehe.

Gimana sih model pelatihan yang opa kamu terapin?

Waduh, disiplin banget jek, karena pada dasarnya bukan hanya menyanyi yang dia ajarkan ke gue, tapi pelajaran matematika pun gue belajar dari dia, jadi nggak perlu guru les, jadi dengan dasar itulah disiplin belajar mulai di terapin ke gue. Pada saat itu Opa benar-benar pegang semua jadwal kegiatan gue selama sehari.

Cara dia ngajar sangat berbeda dengan guru-guru musik lain. Nggak boleh salah ketika sedang latihan nyanyi. Salah sedikit, misalnya salah ketukan atau salah baca not, gue bisa dimarahin kayak orang dewasa. Terkadang rotan juga melayang ke bokong gue cuma karena salah baca not dan itu setiap hari gue jalanin selama 5 sampai 6 tahun dari kelas 4 SD sampai kelas 2 SMP. Bayangin sehari bisa satu atau dua jam latihan yang sempet bikin gue stress dan nangis-nangis karenanya.

Kamu ngerasa kehilangan masa kecil kamu nggak sih?

Nggak juga. Opa gue tau banget kapan jadwal gue harus main dan kapan jadwal gue harus belajar . Jadi seperti yang gue bilang tadi bahwa semua jadwal kegiatan gue dalam sehari itu sudah diatur sama Opa, ya istilahnya Opa itu jadi manajer gue, mungkin untuk latihan gue ketika gue sukses nantinya. Kayak sekarang semua jadwal kegiatan gue sudah diatur sama manajer gue, gue harus manggung dimana, gue harus ketemu siapa atau apa sajalah kegiatan gue sudah diatur sedemikian rupa.

Pernah ngerasa jenuh dengan didikan Opa kamu ?

So pasti dong, kayaknya gue ngerasa sebel banget dengan Opa, gue benci banget dengan suasana kayak gini dan gue ngerasa itu adalah saat-saat yang luar biasa banget bagi hidup gue.

Yang membuat kamu kuat ?

Gue ngerasa paling deket sama beliau, gue sendiri juga nggak ngerti bisa seperti itu, sekalipun beliau sering marah sewaktu ngajar, tapi tetep ada hubungan batin yang begitu kuat, misalnya saja pas nyokap bokap lagi marah, sering kali gue lari ke Opa, mungkin ceritanya sangat panjang kalau gue mau ceritain, mungkin di lain seri kita bahas masalah ini, hehe.

Buat gue Opa adalah superhero, beliaulah orang yang paling berjasa dalam hidup gue. Beliau punya sesuatu yang luar biasa buat gue, bahkan masa depan gue.

Pernah nggak Opa kamu bilang, “Opa punya mimpi kamu bakal jadi penyanyi yang sukses”?

Pernah banget, sewaktu gue masuk masa transisi antara SD-SMP. Waktu itu Opa gue bilang bahwa gue udah gede dan udah susah untuk diatur-atur dan tingkat kenakalan gue sudah sangat parah. Karena beliau sudah nggak bisa ngelarang, maka sepertinya Opa udah nyerah dan ngelihat ada sebuah perubahan dalam diri gue, dari yang suka nyanyi beralih ke basket dan luar biasanya gue bener-bener ninggalin nyanyi dan gila banget dengan yang namanya basket.

Tapi dalam kondisi seperti itu Opa sempet bilang sama gue, “talenta menyanyi yang kamu miliki, itu lebih berharga daripada kamu harus memulai lagi sesuatu yang baru, karena menyanyi itu membuat kamu bisa dapetin apa yang kamu mau dan kamu bisa hidup dari situ”. Opa gue adalah tipe orang yang berpikiran jauh ke depan dan punya dedikasi yang besar buat dunianya ini dan orangnya adalah seorang yang sangat tekun dalam menjalani profesinya dan sabar dalam menggapai sesuatu yang dia inginkan. Dan semua itu beliau investasikan ke dalam diri gue.

Kado spesial apa yang pernah diberikan opa buat kamu?Sebuah alat musik pianika. Sebenarnya beliau pengen banget beliin gue sebuah piano, tapi karena nggak mampu, ya udah akhirnya pianika pun jadi. Dan akhirnya Opa gue juga yang ngajarin gue main pianika, karena orangtua gue nggak mampu biayain gue les piano.

Seberapa badung sih kamu waktu remaja?

Wah, kalau ditanya seberapa nakal, gue nakal banget waktu itu, suka tawuran. Sejak kelas satu SMP aku pernah nyobain jadi bandar obat. Sebenarnya gue nggak mau nyalahin lingkungan gue. Gue bukan tinggal di sebuah real estate tapi di sebuah kampung yang taraf ekonominya menengah ke bawah. Disitu ada tukang bajaj, supir angkot, tukang sayur dan macem-macemlah dengan permasalahan hidup yang sangat pelik. Masuk SMA tingkat kenakalan gue tambah “menggila". Berantem, tawuran adalah hal yang biasa buat gue, bahkan sempet juga gue ketangkep polisi gara-gara tawuran antar sekolah.

Perasaan kamu saat itu?

Ya gue ngerasa everything is over, yang ada dalam otak gue cuma satu make money, make money and make money. Tapi Opa gue selalu ngingetin gue supaya gue nyanyi lagi. Tapi dasar bandel, nasihat itu sepertinya masuk kuping kiri keluar kuping kanan alias gue cuekin aja dan gue nggak pernah ngerasa bersalah sama sekali. Sampai satu kali pas hari ulang tahun tante gue, kok kayaknya gue tuh ngerasa deket banget ama Opa gue, gue inget banget waktu itu mau terima raport.

Malam itu gue sempet ngobrol sama Opa, beliau nanya “ Glenn kamu mau jadi apa, kamu harus sekolah yang bener, SMA harus lulus.” Gue juga sempet kaget, karena sebelumnya gue nggak pernah ngalamin momen yang seperti itu. Beliau juga sempet bilang, “talenta yang ada dalam diri kamu itu nggak akan pernah hilang, sekali diberi talenta sama Tuhan, maka talenta itu akan tetap ada dalam diri kamu, dan satu saat nanti kamu akan menyadarinya, jangan sampai kamu terlambat dan menyesal, kamu nyanyi lagi dong, kamu masih bisa kok”.

Lalu tindakanmu apa?

Pas kebetulan waktu itu akan ada pertandingan Bahana Suara Pelajar dan Opa nyaranin supaya gue ikut ngedaftar, tapi karena hati gue masih keras, banyak alasan yang gue lontarkan untuk menolaknya. Malam itu ada sebuah pengalaman yang nggak akan pernah gue lupain, Opa nanya, “kamu yakin nggak mau pulang ke rumah Opa, kamu deh yang bawa mobil.” Gue tetep ngotot juga ngak mau nginep dan sempet bingung juga sih, kenapa tiba-tiba Opa baik banget ama gue, karena selama ini gue nggak pernah dikasih kepercayaan bawa mobil dan belum punya SIM pula.

Dan akhirnya gue antar Opa pulang. Dan nggak nyangka itu adalah pertemuan gue dengan Opa untuk yang terakhir kalinya. Gue pulang nyampe rumah jam 10 malam langsung tidur. Kira-kira jam 4 subuh gue masih tidur, nyokap gue dateng ke rumah tante gue sambil nangis-nangis, kasih kabar kalau Opa meninggal karena serangan jantung. Saat itu perasaan gue hancur luluh berantakan, kayak disambar petir di siang bolong, shock berat, nggak bisa mikir, nggak tau harus berbuat apa. Gue baru sadar bahwa malam sebelum Opa meninggal Opa sebenarnya sedang membuka ruang untuk deket lagi sama gue, karena selama ini kan sepertinya ada jarak antara gue sama beliau.

Sampai sebelum upacara pemakaman gue nggak mau ngeliat wajahnya. Gue pergi ke rumah temen gue. Tapi waktu jenazah Opa mau diberangkatin dari rumah ke pemakaman, gue akhirnya pulang juga dan waktu itulah gue nyanyi sebuah lagu buat melepas kepergian Opa. Itulah pertama kalinya gue nyanyi lagi. Dan itu adalah momen paling emosional yang pernah gue alamin sepanjang hidup gue.

Trus apa keputusan kamu pada waktu itu?

Pulang dari pemakaman Opa, gue seperti orang limbung karena gue ngerasa orang yang selama ini jadi mentor gue udah pergi, itu yang bikin gue agak kacau. Tapi gue mulai berpikir dan ngerenungin apa yang Opa gue pernah omongin ke gue, dari situ hubungan gue ama bokap nyokap juga dipulihkan. Dan bokap mulai ambil peran Opa, singkat cerita gue ambil keputusan untuk nyanyi lagi pada saat itu.

Kontes apa yang pertama kali kamu ikuti, seiring dengan kembalinya kamu ?

Kebetulan kantor dimana bokap kerja itu ulang tahun dan ngadain lomba nyanyi. Gue didaftarin untuk ikut lomba itu dan gue dapet juara satu. Dari situlah semangat gue semakin terpacu dan kuat untuk melangkah ke level yang lebih tinggi. Gue ikutan lomba Cipta Pesona Bintang, kira-kira kelas 3 SMA tahun 1994 dan dapet juara satu juga, sampai akhirnya gue ketemu Funk Section dan gabung sama mereka sebagai vokalisnya.

Tiap pulang sekolah gue latihan sama mereka, malemnya main di Jamz Cafe, itulah pertama kalinya gue nyanyi dibayar. Dari situlah gue mulai berkembang, sampai bikin album bareng mereka, kemudian tour promo album, setelah itu dari uang hasil tabungan sebenarnya gue pengen berangkat ke Amerika buat sekolah musik di sana, karena Funk Section untuk sementara vakum dulu.

Sampai satu kali gue disuruh nyanyi di acara 50 tahun Indonesia, bawain lagu-lagunya Mas Guruh Soekarno Putra. Kebetulan musiknya yang ngegarap Mas Aminoto Kosin, ketemulah gue ama dia, singkat cerita gue diajak rekaman album solo dan demo album itu dia serahin ke Sony Music Indonesia yang pada saat itu baru saja buka di Indonesia. Jadilah gue diterima dan jadi penyanyi solo pria pertama yang dikontrak sama Sony Music Indonesia.

Album ketiga ini bercerita tentang apa sih?

“Dia buka jalan, saat tiada jalan, dengan kasih dan kuasaNya Dia buka jalan bagiku,” begini ceritanya tentang album ketiga gue yang gue kasih judul “Selamat Pagi Dunia”. Di tengah-tengah kelesuan dan semangat kerja gue yang sudah mulai lemah, temen-temen komunitas gue ini mulai bangkitin gue, dan terus mendorong gue untuk bikin album lagi.

Sebenarnya gue masih males, tapi karena terus dimotivasi sama temen-temen, singkat cerita akhirnya gue mulai nulis lagu dan ngumpulin materi buat album ini. Album ini sebenarnya bercerita tentang kehidupan Glenn atau diary gue secara pribadi yang sesungguhnya. Artinya album ini gue jadiin tempat curhat gue.

Semua lagu yang gue tulis dalam album ini menggambarkan tentang apa yang sedang gue alami, apa yang gue rasakan, apa yang sedang terjadi. Dan gue mau bangkit, memulai hidup yang baru dan setelah rilis album ini gue udah memulai chapter hidup gue yang baru. Jadi album ini bercerita tentang kejadian-kejadian hidup gue sebelum album ini dirilis. Dan gue juga nggak nyangka kalau ekspektasi industrinya begitu luar biasa.

Kebanyakan lagu yang kamu tulis bermuatan nilai-nilai kekristenan. Apakah setiap lagu itu ada misinya?

Sebenarnya karakter dari lagu-lagu yang gue tulis memang banyak yang berbicara tentang cinta kasih kepada Tuhan dan sesama. Kemudian bagaimana kita menghargai orang lain dengan kapasitas cinta kita yang kita miliki. Gue juga menegaskan bahwa kita nggak bisa hidup seorang diri. Kita juga butuh orang lain, artinya kita harus bicara atau mengkomunikasikan kalau ada sesuatu kita harus bicarakan dari hati ke hati misalnya. Itu salah satu poin positif yang pengen gue bagiin buat siapa aja yang dengerin lagu ini. Kalau ada masalah harus kita omongin, jangan sampai kita kepahitan atau kecewa. Dan di album gue yang berikutnya gue akan banyak bicara tentang bagaimana kita mem-bangun spirit buat orang lain untuk melihat sesuatu lebih maju dan tidak sempit tapi secara luas.

Inspirasi kamu darimana?

Banyak orang bilang, kenapa sih Glenn selalu menulis lagu dengan tema yang sedih, putus asa dan lain sebagainya. Menurut gue itulah ungkapan hati gue yang paling jujur dan gue pikir semua orang pasti pernah mengalaminya. Buat gue itu adalah sesuatu yang wajar. Belajar untuk menerima keadaan nggak semua orang bisa, rasanya memang sulit sekali. Dan gue merasa yang gue buat selama ini sangat tepat waktunya. Karena di saat seperti inilah gue bisa mengekspresikan semua isi hati dan dapat lebih menghargai waktu serta kesempatan terbaik yang sudah Tuhan beri.

Ceritain dong hubungan kamu sama Tuhan selama ini?

Gue ngerasa Tuhan itu bukan hanya sebagai Bapa, tapi seorang Pribadi yang akan senantiasa ada dalam diri kita. Kapanpun dan dimanapun kita mau bicara sama Dia, Dia nggak pernah jauh dari gue dan nggak pernah membuat jarak dengan gue. Dia sangat dekat sekali dengan gue dan gue nganggep Tuhan itu jadi temen curhat dan temen ngobrol gue. Dia selalu ada dalam diri gue dan gue ada di dalam Dia. Gue bisa mencipta lagu dan bahkan semua hasil karya gue, itu adalah hasil dari hubungan gue sama Tuhan.

Sekalipun masalah tetap ada, bersama Tuhan ada jaminan kalau gue bisa menuntaskan masalah itu. Gue adalah orang yang sama dengan orang lain nggak ada bedanya. Mungkin kalau kita orang percaya sudah mengenal kebenaran, sedangkan mereka yang belum percaya belum mengenal kebenaran. Jadi tugas kita sebagai orang percaya adalah memberitakan kebenaran itu kepada mereka.

Boleh tau siapa sih yang nge-back up kerohanian kamu?

Orang yang nge-back up kerohanian gue, pertama adalah om gue. Sori gue nggak bisa sebutin namanya, dia seorang pendeta yang sangat konsen mementoring kehidupan rohani gue selama ini. Kedua orang-orang yang berada di sekeliling gue atau komunitas gue. Dalam komunitas ini kita saling menopang, saling menguatkan seperti yang udah gue bilang tadi. Dan gue ngerasa orang-orang yang berada di belakang gue itu sangat menentukan, karena kita berhadapan dengan sesuatu yang tidak mudah dan secara spirit pun sangat berbeda. Makanya sudah menjadi tugas kita untuk menjadi terang di tempat itu.

Hal yang selalu kamu lakukan sebelum tampil di atas panggung ?

Yang pasti karena tim musik yang gue bangun anak Tuhan semua, kita selalu berdoa dan meminta urapan baru sebelum manggung. Karena gue ngerasa nggak mampu tampil maksimal dan berbuat lebih banyak tanpa pertolongan Tuhan. Terbukti dalam sebuah acara Soundrenalin 2004 kemarin kebetulan gue satu panggung dengan Iwan Fals dan pada saat itu hujan turun deras sekali, sebelum naik panggung kita doa bareng dan tenyata waktu kita naik panggung hujan berhenti dan kita bisa main dengan luar biasa.

Gue percaya itu perbuatan Tuhan, sekalipun orang bilang itu karena ada pawang hujan dan lain sebagainya, tapi gue percaya itu kuasa Tuhan, gue yakin itu Spirit-nya Tuhan. Dan pada saat itu juga atmosfir di tempat itu berubah, menjadi atmosfir cinta kasih, sukacita, damai sejahtera, dan setiap kali gue main Spirit itu ada.

Benny Hinn: Bukan saya yang menyembuhkan, melainkan Tuhan Yesus



Sumber: Gatra
BENNY Hinn ibarat magnet. Kehadirannya menyedot ribuan orang Kristen. Selain memberi khotbah yang menyentuh, Benny juga menawarkan pesona penyembuhan lewat perantaraan dirinya. Setidaknya, itulah yang dipertontonkan Benny Hinn di Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ) Kemayoran, Kamis 23 Maret lalu.

Acara bertajuk ''Doa bagi Pemulihan Bangsa'' itu dihadiri tidak kurang dari 20.000 orang. Padahal, mereka harus rela merogok kocek tidak kurang dari Rp 1 juta untuk membeli tanda masuk. "Selama ini cuma bisa melihat lewat televisi dan rekaman video. Senang rasanya bisa melihat kesaksiannya langsung," kata Aline, yang mengaku tinggal di Tangerang.

Peserta seminar tak hanya datang dari kota-kota sekitar Jakarta. Melainkan juga ada yang datang dari jauh, yakni Bandung, Semarang, Surabaya, dan Medan. Sayang, sampai sesi terakhir, pukul 19.30 WIB, Benny Hinn tidak bisa hadir.

Namun peserta seminar yang masih setia memadati Hall A, B, dan C Arena PRJ Kemayoran tak terlalu kecewa. Adik Benny, Henry Hinn, yang mengikuti jejak kakaknya sebagai pelayan Tuhan, ternyata mampu menggantikan posisi sang abang. Henry tampil sebagai pembicara pengganti yang tidak kalah memukau. Seminar sehari itu kemudian diikuti dengan kebaktian kebangunan rohani (KKR) selama tiga hari berturut-turut di Lapangan Pantai Karnaval Ancol pada sore harinya.

Yang mengejutkan, sebelum kebaktian dilangsungkan, Jumat sore pukul 16.30 WIB, Benny menyempatkan diri menyambangi Gedung DPR-RI. Menumpang Toyota Land Cruiser kelir hitam, ia datang dengan kawalan superketat empat bodyguard-nya. Benny disambut Deff Laksono, putra Ketua DPR Agung Laksono. Mereka langsung menuju ruang kerja Agung di lantai III.

Selain Agung dan keluarga, ikut pula menunggu di situ pengusaha kawakan Ciputra. Anggota DPD Ginandjar Kartasasmita dan sejumlah anggota Partai Damai Sejahtera ikut serta. Benny langsung masuk ke ruangan Agung. Ketika pertemuan dilangsungkan di seberang ruang kerja Agung, wartawan baru boleh meliput.

Ternyata Benny juga memanfaatkan pertemuan itu untuk membuat semacam video perjalanan. Agung diminta memberi komentar dan direkam oleh juru kamera dari Benny Production. Sebelum meninggalkan Gedung DPR untuk memimpin KKR di Pantai Carnaval Ancol, Benny terlebih dulu memimpin doa bersama untuk Indonesia.

Agung Laksono yang dimintai komentar usai pertemuan itu menyatakan mendukung kegiatan Benny. "Saya ingin menunjukkan, kita menerima kemajemukan," katanya. "Saya mendukung niat beliau di sini," ia menambahkan. Ia berharap, tidak ada yang mengait-ngaitkan kedatangan Benny dengan isu-isu seperti Kristenisasi.

Malamnya, Pantai Karnaval Ancol sudah dipadati ratusan ribu orang yang mendambakan khotbah dan penyembuhan lewat perantaraan dia. Bahkan ada yang datang sejak pukul delapan pagi. Di Pantai Karnaval, panitia menyediakan hampir selusin layar ukuran 8 x 8 meter di beberapa sudut lapangan.Pemandangan menarik ada di depan dan sisi kanan panggung.

Hampir 100 orang sakit menyatu di situ. Kebanyakan duduk di kursi roda dan terbaring di tempat tidur dorong. Penyakit mereka beragam, ada yang tuli, bisu, kanker, tumor, lumpuh, dan stroke. Mereka didampingi keluarga dan puluhan konselor yang membantu doa bagi yang sakit.

Para pengucap doa itu berasal dari berbagai gereja di Jakarta. Dengan penuh semangat mereka memanjatkan doa meminta kesembuhan. Kalimat seperti "Yesus telah menyembuhkan kita", "Imanmu yang menyembuhkan" ,"Pasrahlah pada Yesus", sering mereka ucapkan. Ajaib. Ada beberapa orang yang lumpuh tiba-tiba berdiri dan berjalan.Sejumlah pendeta, kolega Benny asal Amerika, ikut pula mendampingi, mendoakan dan memastikan kesembuhan mereka. Mereka yang sembuh benar diajak memberi kesaksian di atas panggung. Benny berulang kali mengatakan, "Bukan saya yang menyembukan, melainkan Tuhan."

Nora Haryati, 36 tahun, adalah salah satu dari mereka yang bersaksi di atas panggung. Perempuan ini lima tahun lalu divonis dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, terkena kista. Ia pun disarankan untuk menjalani operasi. Namun ia minta diberi obat dulu. Malang, obat itu justru membuat tubuhnya melepuh. Diagnosis dokter menyatakan, Nora terkena sindrom Stevens Johnson atawa keracunan obat stadium 10.

Kini, meskipun Nora sudah punya dana untuk biaya operasi, dokter angkat tangan, karena kondisi fisiknya yang makin buruk akibat Stevens Johnson. Apalagi, ia terserang pengeroposan tulang. Akibatnya, ia hanya bisa menghabiskan waktu di tempat tidur. Kalau duduk pun, paling lama hanya kuat bertahan tiga tiga menit.

Selasa pekan lalu, ketika ditemui di rumahnya di bilangan Kayu Mas, Pulogadung, Jakarta Timur, Nora masih saja terbaring di tempat tidur. Meski pengobatan Benny Hinn belum memberikan kesembuhan total, ia merasakan ada perubahan. Tulang belakang yang bengkok terasa lurus seketika. "Energi juga tambah kuat," katanya."Barangkali Tuhan belum mau sembuhkan secara total," ia menambahkan.

Tetapi Nora tetap yakin bahwa Tuhan masih terus bekerja menyembuhkannya. "Ia bisa saja melakukan semudah membalikkan telapak tangan, namun kerja Tuhan itu perlu waktu dan proses," katanya yakin. Ia juga tak merasa rugi menyewa mobil ambulans Rp 1 juta untuk mengikuti KKR.

Apa yang dialami Nora sangatlah personal. Jika nanti ternyata ia bisa sembuh total, tentu perlu pengujian klinis dari dokter sebagai bukti. Namun banyak juga orang yang tak seberuntung Nora. Usai mengikuti KKR, tetap saja tak ada perubahan atas penyakitnya. Tapi mereka mengaku menjadi makin siap dan tabah atas penderitaannya.

Angelique Widjaja: Yang membuat saya menang ini pertama-tama ya Tuhan Yesus


Sumber: Republika
"Angie menang, Angie juara Wimbledon.'' Sorak tanda kegembiraan itu bergema di rumah yang terletak di jalan Dago 90 Bandung. Minggu malam (8/7) juli itu keluarga Rico Widjaja (60) dan Hanita Erwin (49) memang berkumpul mengikuti pertandingan si bungsu Angelique Widjaja (17) di lapangan tenis Wimbledon.

Rico bersama kelima anak laki-laki mereka yang bersorak tatkala bungsunya mengakhiri pergerakan skor pertandingan final junior tunggal putri Wimbledon 2001 lewat internet. Bisa jadi juga menjadi sorak dan kebanggaan orang Indonesia untuk kembali menemukan kepercayaan diri di tengah keterpurukan.

Mengalahkan petenis Rusia, Dinara Safina, 6-4, 0-6 dan 7-5, gadis kelahiran Bandung pada 12 Desember 1984 itu menjadi petenis Asia pertama yang meraih gelar tunggal putri junior di arena grand slam tertua di dunia ini. ''Saya bangga sekali, surprised rasanya. Target saya sebenarnya cuma sampai seperempat final, enggak nyangka,'' tutur Angie yang sekarang menduduki peringkat tiga dunia junior ini.

Dengan prestasi terbarunya ini, Angie dianggap mampu untuk bergabung membela tim Piala Federasi menghadapi tim kuat Austria --yang menjadi tuan rumah--, di babak kualifikasi dunia, pada 21-22 Juli 2001 dan Sea Games XXI/2201 di Kuala Lumpur, September 2001 nanti. ''Saya bangga bisa ikut membela negara,'' katanya.

Meski mengukir prestasi di panggung tenis dunia, Angie yang usianya belum genap 17 tahun ini tak mengubah celotehan dan gaya renyah khas ABG. ''Nggak ada yang berubah pada diri saya, sama saja,'' tukas gadis yang mengaku masih lengket dengan Maminya itu.

Kepada wartawan Republika Nur Haryanto, Ratu Ratna Damayani dan fotografer Darmawan, Angie memaparkan pengalamannya menjadi juara di pertandingan tenis paling bergensi, obsesi karir tenisnya dan orang-orang yang berperan dalam perjalanan prestasinya. Berikut petikannya:

Tanya: Jika dibandingkan Susi Susanti ketika kali pertama merebut medali emas olimpiade, penyambutan untuk Anda biasa-biasa saja. Anda merasa dianaktirikan?

Jawab: Sebenarnya saya kemarin tahu juga kalau mau disambut. Tapi saya tidak tahu penyambutan bagaimana. Bagi saya,(penyambutan-red) sudah cukup meriah. Kemarin juga sudah membuat saya bangga. Saya tidak merasa dibedakan, Rasanya udah gila banget (sambutan wartawan-red), sampai pusing.

Sampai saat ini, belum ada kabar pemerintah akan memberikan bonus untuk Anda. Padahal, bagi atlet-atlet yang berprestasi tingkat dunia biasanya pemerintah langsung mengumumkan bonus.

Bagaimana perasaan Anda?

Enggak apa-apa. Enggak ada pengaruhnya buat saya. Bantuan yang saya harapkan tak hanya dana doang, tapi juga dukungan dan doa. Itu lebih penting buat saya.

Selain kedua orangtua siapa figur paling berpengaruh, atau berjasa, terhadap peningkatan karier Anda?

Pelatih dan kakak-kakak saya serta teman-teman. Meiske Wiguna yang sejak kecil telah mengenalkan tenis dan juga Deddy Tedjamukti sebagai pelatih saya.

Lebih spesifiknya, sekali lagi di luar kedua orangtua Anda, siapa figur yang memberi saran, nasehat, atau pertimbangan, sebelum Anda memutuskan terjun ke pro?

Selain Papi dan Mama saya tentunya pelatih saya Deddy dan Meiske. Kan mereka yang lebih tahu tentang tenis.Ketika memutuskan terjun ke pro, Anda tentu sudah tahu semua konsekuensinya. Anda harus meninggalkan sekolah, dan lingkungan pergaulan selama ini.

Anda merasa sudah siap meninggalkan semua itu?

Saya siap aja dan saya sudah tahu itu. Itu memang sudah menjadi konsekuensinya. Saya siap dan ingin membanggakan kedua orang tua saya terutama setelah Papi sakit (jantung-red). Waktu ikut Wimbledon ini kan saya meninggalkan ujian. Ini juga masih diurus di sekolah untuk bisa ikut ujian lagi.

Saya harus siap untuk konsentrasi masuk dunia tenis pro selama dua atau tiga tahun ini. Kalau gagal mungkin saya akan sekolah. Tapi, untuk saat ini saya akan coba dulu ke tenis.

Bagaimana kemampuan bahasa Inggris Anda? Bukankah mulai kini Anda harus bergaul dengan banyak petenis dari berbagai bangsa, dan menghadapi wartawan asing?

Memang saya akui bahasa asing saya belum jago, tetapi dengan pengalaman terus-menerus mengikuti turnamen di luar negeri, saat ini sudah lumayan berani. Setelah pertandingan final di Wimbledon kan ada banyak wartawan yang mewawancarai saya secara bergantian, kalau saya nggak ngerti ya saya suruh pelan-pelan ngomongnya.

Olahragawan pro kita dinilai banyak pihak tidak memiliki kemampuan 'mengentertain' diri. Padahal sebagai public figur kemampuan itu amat diperlukan.

Anda sudah belajar mengenai hal ini?

Saya siap menjadi orang terkenal setelah menjuarai Wimbleldon. Ya, saya siap saja, saya akan berusaha melakukan yang terbaik. Saya sudah harus mulai menghadapi orang, mulai belajar. Orangtua saya sudah memperingatkan enggak boleh sombong dan tetap sopan dengan siapapun.

Berapa hadiah yang telah Anda kumpulkan?

Mami yang tahu. Saya enggak pernah hitung. Tabungan saya juga enggak dari tenis saja.

Menurut Anda, apa arti gelar juara tunggal putri junior Wimbledon ini? Apakah ini akan berdampak banyak bagi perkembangan tenis di Indonesia?

Saya kira kemenangan saya di junior Wimbledon ini sebagai awal karir saya. Ini kian meyakinkan perjalanan saya untuk selanjutnya masuk dunia tenis yang akan saya tekuni. Ya, supaya pemain-pemain junior lainnya juga percaya bisa menjuarai turnamen besar ini. Dan tidak hanya didominasi oleh petenis-petenis dari negara lain saja.Di WTA, peringkat Anda masih tergolong rendah.

Anda punya target tertentu untuk memperbaiki peringkat? Atau Anda mungkin punya obsesi menyamai atau melampaui prestasi Yayuk Basuki, atau petenis Asia lainnya?

Saya punya target kedepan untuk masuk top ten senior. Saya ingin mencoba dalam tiga tahun ini untuk masuk top seratus dunia. Kalau bisa saya ingin nembus 20 besar dunia di senior. Itu saya jangkau kalau bisa pada umur 20-21 tahun lah. Saya akan terus berusaha saja dan terus ikut banyak turnamen WTA. Untuk masa depan, saya akan banyak main di senior. Tapi, saya enggak menyetop main di yunior begitu saja. Sementara saya masih bermain di junior, saya akan mulai tahun depan untuk main di grand slam US Open. Dan selanjutnya akan lebih banyak di senior.

Orangtua Anda banyak membiayai sendiri berbagai tur pertandingan yang Anda ikuti. Lantas bagaimana biaya rencana tur-tur yang akan Anda ikuti setelah ini?

Sampai Papi dan Mami masih mampu membiayai saya. Tapi, kalau di senior kan ada hadiah uangnya, sehingga mungkin bisa tertutupi. Selama ini kalau bertanding saya diberi uang sekitar 1500 dolar AS kalau bertanding di Asia dan 2000 dolar AS kalau ke Eropa. Tapi, nggak tentu juga. Kurang lebih seratus dolar AS dalam satu minggu. Dan selama ini saya kira cukup.

Sebenarnya nggak banyak juga, karena kalau junior itu semua sudah ditanggung, seperti hotel dan makan. Paling uang itu saya gunakan untuk belanja ke supermarket atau pasang senar. Biaya paling banyak untuk pasangan raket kalau senarnya putus. Karena satu raket saja kalau pasang senar bisa menghabiskan 200 ribu rupiah per biji. Kalau di grand slam kan mahal biaya pasang senarnya. Saya pernah pasang senar sepuluh raket bisa mencapai satu juta rupiah.

Kembali ke turnamen Wimbledon. Sampai melaju ke babak final, Anda sama sekali tidak menyita perhatian wartawan. Buktinya, tidak ada foto pertandingan di situs resmi Wimbledon?

Mungkin ada, karena mungkin hanya ada empat petenis dari Asia termasuk saya waktu itu. Dan saya juga tidak pernah diunggulkan saat bertanding (meski dalam drawing unggulan kedelapan). Waktu melawan Dinara Safina, semua penonton kebanyakan mendukung dia, karena dia juga adik petenis terkenal Marat Safin.

Apakah Anda merasa ada diperlakukan berbeda?

Saya kira biasa-biasa saja. Memang pemain-pemain Eropa sukanya ngumpul sesama mereka saja. Dan kita dari Asia kan hanya empat orang saja. Wartawan di sana juga baru mulai tertarik mewawancarai setelah memasuki semifinal dan final. Tapi, saya kira itu wajar saja. Saya tidak merasakan dibedakan.

Apa yang Anda lakukan semalam sebelum turun menghadapi Dinara Safina? Anda menghabiskan waktu dengan berdoa, atau berusaha relax?

Sebelum pertandingan biasanya saya mendengarkan lagu-lagu rohani untuk menghilangkan perasaan. Terutama kalau mau bertanding di babak final. Saya menenangkan diri supaya tetap dapat bermain seperti waktu di babak pertama atau kedua. Dan saya berusaha melupakan kalau pertandingan saya telah sampai babak final, supaya tidak tegang.

Anda kehilangan set kedua tanpa meraih satu game pun. Bagaimana itu bisa terjadi?

Pertanyaan ini juga diajukan oleh semua wartawan asing, usai pertandingan. Saya jawab bahwa saya kehilangan konsentrasi di set kedua, dan saat itu saya bermain tidak menyerang tetapi justru bertahan. Sedangkan, Safina justru yang menyerang saya. Karena ketinggalan cukup jauh ya akhirnya saya lepas saja.

Kedua orangtua Anda tentu terus menghubungi Anda untuk memberi dukungan. Selain keduanya, apakah ada orang lain yang begitu istimewa yang juga memotivasi Anda?

Komunikasi jalan terus dengan orangtua. Pokoknya SMS (short message service) setiap saat kalau di luar negeri.

Menurut Ibu Anda, di hari-hari pertama Anda mengeluh karena laju bola cepat dan sulit dikendalikan di lapangan rumput Wimbledon?

Tapi, semakin lama semakin enak. Karena kalau pertandingan, di hari-hari pertama rumputnya masih tebal jadi bola tidak bisa mantul tinggi. Kalau semakin lama-seperti saat pertandingan-pertandingan akhir sampai di final-kan rumputnya sudah mulai gundul, Nah bola bisa mantul tinggi. kita jadi lebih enak mukulnya.

Kesan mendalam lain saat di Wimbledon?

Saat pesta kemenangan pada malam harinya. Saya ikut pesta dengan juara-juara lainnya, salah satunya Venus William. Saya sempat berfoto bersama dan dia baik sekali, Menanyakan umur saya berapa dan meminjamkan pialanya untuk foto. Katanya supaya saya ketularan juara.

Kabarnya Anda juga dapat tawaran dari sekolah-sekolah di Amerika?

Ya, saya mendapat tawaran dari UCLA (University of California, Los Angeles) dan Iowa University untuk sekolah di sana dengan gratis dan bergabung dengan tim tenis sekolah mereka untuk memperkuat tim saat bertanding. Tapi kalau saya penuhi permintaan itu saya tidak bisa terjun di tenis pro. Pilihan saya masih tetap ke tenis pro, mungkin kalau saya tidak berhasil saya akan pertimbangkan lagi permintaan mereka. Selain itu, juga ada tawaran dari agen-agen iklan asing. Tetapi, itu juga masih saya pertimbangkan dan saya serahkan kepada Papi dan Mama.

Pihak sponsor hanya memberikan fasilitas peralatan, atau ikut juga mendanai perjalanan Anda ke berbagai kejuaraan?

Kalau sponsor ya memberikan semua atribut yang saya gunakan, uang juga ada tapi saya tabung. Sponsor cukup membantu, paling tidak sepatu, raket atau pakaian. Sehingga sudah tidak saya pikirkan lagi. Kalau biaya perjalanan Papi saya yang memberikan uangnya.

Venus Williams dikontrak senilai 4 juta dolar AS oleh sebuah sponsor olahraga, bagaimana dengan Anda?

Venus kan sudah menjadi petenis besar dunia, kalau saya kan baru di junior. Saya maklum kalau mungkin kontrak sponsor saya tidak sebesar Venus. Tapi, kalau nilai kontrak sponsor saya tidak tahu, yang ngatur semuanya Papi. Saya tidak ngerti tentang itu.

Karena prestasi, Presiden berkenan mengundang Anda untuk bertemu. Bagaimana perasaanmu?

Bangga sekali, nggak nyangka saya bisa bertemu presiden. Katanya mau ngasih kemudahan untuk tiket pesawat apabila akan tur ke luar negeri. Katanya nanti akan diusahain, ya mungkin perlu tanda tangan Gus Dur, biar mendapat keringanan dari Garuda.

Setelah menang di Wimbledon Anda dimasukkan dalam tim Federasi Cup. Bagaimana perasaanmu.?

Saya bangga karena bertanding di Fed Cup kan membela negara. Dengan prestasi saya saat ini saya merasa bertambah percaya diri.''Feeling bolanya bagus banget,'' demikian Hanita Erwin mengulang komentar pelatih Angie saat mojang itu masih berusia 4,5 tahun. Ibu dari enam anak ini mengaku tak pernah mengarahkan Angie kecil untuk menjadi petenis kelak. ''Dari kecil kayaknya dia sudah suka tenis,'' katanya.

Memang, sejak usia 1,5 tahun Angie sudah biasa diajak ke lapangan tenis menonton ayah dan kakak-kakaknya berlatih. Awalnya, menurut Hanita, Angie dimasukkan ke klub tenis karena sering mengganggu kakak-kakaknya yang sudah lebih dulu masuk klub berlatih tenis. ''Saya masukkan ke kelas paling kecil ya cuma main-main bola saja, asal enggak nggangguin kakak-kakaknya lagi,'' kenangnya.Angie mulai bergabung dengan Klub FIKS Bandung sejak berusia 4,5 tahun dan diasuh pelatih Meiske Handayani Wiguna. Pelatih tenis Deddy Tedjamukti juga menjadi pelatih Angie, yang membinanya dua kali seminggu. Baru setelah berusia tujuh tahun siswa SMA Taruna Bhakti, Bandung, ini mulai ikut turnamen dan selalu menang.

Deretan kemenangan ini yang membuatnya serius menekuni tenis. ''Setelah menang di Wimbledon ini, dia ingin menjadi petenis pro. Saya berharap dia sukses,'' tutur Hanita. Namun, jika gagal ia akan menyekolahkan bungsunya itu ke luar negeri. ''Ya ambil sekolah manajemen atau apa. Tapi, kayaknya manajemen soalnya dia itu pengennya ngatur,'' ungkap Hanita.

Cita-cita Angie menjadi petenis pro mendapat dukungan penuh orangtuanya. ''Selama saya masih mampu membiayai, saya akan tetap mendanai Angie untuk terjun ke tenis pro,'' kata Rico Widjaja, ayahnya. Setelah kemenangan ini, ungkap pengusaha hotel dan tekstil ini, ia menerima email berisi banyak tawaran bagi Angie dari agen sponsor dan sekolah-sekolah di luar negeri.

''Masih kami pertimbangkan. Tapi, sampai saat ini saya masih mampu,'' tuturnya. Rico berharap satu hingga dua tahun ini Angie bisa sukses di gala senior. ''Kalau berhasil silahkan terus, kalau gagal akan saya sekolahkan lagi, sekolah itu tetap penting. Dalam satu hingga dua tahun ini umur Angie juga belum terlalu lewat untuk kembali ke bangku sekolah,'' papar Rico.

Mantan sprinter nasional Purnomo mengatakan Angie masih berada di tengah perjalanan, belum sampai tujuan. ''Seperti berenang dia masih di tengah-tengah, tanggung. Jangan dipuji saja, kita juga harus mendidiknya untuk terus berprestasi. Jangan sampai ia bernasib seperti saya, kebanyakan dipuji,'' papar Purnomo yang kini menekuni profesi sebagai manajer humas produk sepatu olahraga ini. Ia mengatakan sebagai atlet perorangan, Angie tak ringan menghadapi segala tantangan dari sekelilingnya.

Angie sendiri tak memungkiri hidupnya mulai berubah begitu ia menjadi pemenang dunia. ''Saya sudah mulai dianggap public figure. Saya jadi harus lebih hati-hati karena jadi teladan,'' tutur petenis berpostur tinggi 173 cm dan berat 60 kg ini.

''Saya juga sudah mulai sering disamperin wartawan.'' Kendati demikian, gadis yang juga suka berenang ini mengaku tak ada yang berubah pada dirinya. ''Sama saja kok. Yang membuat saya menang ini pertama-tama ya Tuhan,'' sambungnya. ''Setelah itu baru kerja keras, berdisiplin, tanggung jawab dan banyak mengikuti pertandingan.''Angie beranggapan kemenangannya ini baru menjadi awal karirnya sebagai petenis pro. ''Tantangannya berat banget. Banyaknya saingan di dunia itu enggak gampang,'' tandasnya.Kedekatan dan mungkin juga terlahir sebagai anak bungsu, membuat Angie senantiasa berada 'ditengah-tengah' keluarganya.

Hal ini terlihat selama ia menghadiri undangan pemberian penghargaan atau wawancara dengan para wartawan. Maka tak heran, pada sebuah acara jumpa pers dengan perusahaan produk sepatu olahraga, ia hadir bersama seluruh keluarga besarnya; oma, mami, papi, lima orang kakaknya dan sepupunya.

''Saya paling dekat dengan Mami,'' ujarnya polos. Hanita pun mengatakan dengan seringnya bertanding keluar negeri sendirian mudah-mudahan melatih Angie untuk lebih mandiri. ''Biasanya kemana-mana saya selalu mengantarnya. Bahkan, tidur pun sama saya,'' tutur HanitaAngie pun menceritakan pengalamannya yang terpaksa buru-buru pulang ke Tanah Air saat mengikuti tur ke luar negeri karena takut. ''Saat itu aku masih umur 11 tahun, ikut sirkuit yang dibiayai ITF juga, seperti kemarin. Waktu di Belanda kan ikut tinggal di sebuah keluarga dan rumahnya dekat kuburan. Disana ada burung-burung malam gitu, aku takut sekali cuma satu minggu aku bertahan terus pulang,'' tuturnya.Angie juga mengungkapkan, sebenarnya sewaktu menandatangani persetujuan mengikuti sirkuit Wimbledon dua bulan lalu, ia tidak mau. ''Tapi, karena dorongan keluarga dan pelatih, sayang kesempatan ini dilewatkan.

Padahal peraturan ITF tidak boleh diikuti oleh orang tua maupun pelatih. Pertama-tama susah tetapi akhirnya bisa juga,'' kata Anggie.Mengidolakan Martina Hingis dan Lindsay Davenport, Angie merasa tak terbebani atau takut terjadi anti klimaks dengan prestasinya. ''Justru memacu saya supaya enggak di junior saja,'' katanya. Ia bisa mengambil pola-pola bermain kedua jago tenis dunia itu untuk permainan dirinya. ''Hingis itu pintar kalau bermain, tidak terlihat capek, tidak seperti Venus kalau bertanding sepertinya mengeluarkan banyak tenaga. Sedangkan, Davenport itu kata orang-orang mirip saya. Dari cara bermain, pukulan-pukulannya sampai cara berjalannya,'' papar Anggie sambil tersenyum sekaligus menampakan lesung pipitnya.

Rudy Hartono: Kita wajib bersyukur mendapat kehormatan itu, DIPANGGIL Tuhan Yesus


Sumber: http://www.anggurbaru.org/
Rudy Hartono, mantan juara All England 8 kali, memang telah dipilih UNDP (United Nations Development Programmes) sebagai Goodwill Ambassador untuk Indonesia. Tugasnya adalah ikut membantu memberantas kemiskinan, yaitu dengan memberikan pelatihan bulutangkis kepada anak-anak dari keluarga miskin.

Di samping teknik bermain bulutangkis, yang lebih penting Rudy akan mengajarkan prinsip kerja keras, disiplin dan sportivitas agar anak-anak itu bermental juara. Lebih dari itu yang menarik dari kehidupan Rudy Hartono ialah bahwa sekarang ini ia giat melayani di ladang Tuhan.

Ia sudah mendapat jabatan sebagai Pdp (Pendeta Pembantu). Ia tidak saja bersaksi bagaimana proses pertobatannya dan bagaimana pertolongan Tuhan ketika ia ditunjuk menjadi Team Manager Piala Thomas beberapa tahun yang lalu, tetapi juga mengupas firman Tuhan. Ia menyadari bahwa waktu kedatangan Tuhan semakin dekat, sehingga sisa umurnya hendak dipersembahkan untuk mempermuliakan nama Tuhan.

Salah satu Firman Tuhan yang pernah disampaikan mengenai beberapa mahkota yang akan Tuhan anugerahkan kepada setiap orang percaya yang taat dan setia. Rudy yang akrab dengan pertandingan bulutangkis selama hidupnya mengajak kita untuk melakukan pertandingan iman sampai ke garis finish, seperti pengakuan Rasul Paulus dalam II Timotius 4:7-8, "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya."

Rudy menyadari sekali betapa baiknya Tuhan itu yang telah memanggil semua orang percaya. Ia bersyukur atas panggilan Tuhan untuk melayaniNya. Ia ingat betul ketika ia pertama kali dipanggil untuk berlatih bulutangkis di Pelatnas ia senang sekali. Pada waktu itu ia yakin akan mendapat pendidikan bulutangkis yang terbaik yang akan mengantarnya menjadi juara.

Tidak setiap orang dipanggil. "Kita wajib bersyukur mendapat kehormatan itu, DIPANGGIL" kata Rudy. Setiap orang percaya dipanggil: dipanggil untuk memberitakan dan membagikan kasih Allah dalam Kristus Yesus. Bukan hanya itu saja. Tuhan Allah juga telah memilih kita. Bayangkan, kita adalah bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib.

Rudy juga mengajak kita untuk tidak berhenti sampai di situ saja. Ia mengutip Wahyu 17:14b, "Mereka yang bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang TERPANGGIL, yang telah DIPILIH dan yang SETIA." Allah sekarang ini mencari anak-anak Tuhan yang setia: setia dalam perkara-perkara kecil, setia dalam iman, setia dalam pengharapan, setia dalam mengasihi Allah dan sesama, setia dalam pelayanan, setia dalam kekudusan, setia dalam ketaatan dll.

Sekarang ini kita akan sulit mencari Rudy Hartono pada hari Minggu di rumah. Setiap pagi dan sore pada hari perhentian itu Rudy ditugaskan untuk memimpin kebaktian di lingkungan gereja Tuhan. Itulah Rudy yang sekarang, yang rindu untuk menyenangkan hati Tuhan dan rindu untuk mempersembahkan banyak jiwa bagi kemuliaan nama Tuhan.

Lydia Kandau: Saya ingin menceritakan kepada semua orang, bahwa Tuhan Yesus itu sungguh baik adanya


Sumber: http://aicincheon.tripod.com/id24.html
Kehidupan artis atau selebritis tak pernah lepas dari gosip. Demikian ungkapan yang sudah mengakar di khalayak umum. Hal ini bisa dimaklumi, karena bagaimana pun artis adalah public figure. Demikian halnya yang dialami oleh artis cantik Lydia Kandau. Kesibukannya dalam pelayanan telah membuatnya seperti tenggelam dari keartisannya.

Walau demikian, label artis yang telah disandangnya masih melekat. Saat ini ia kerap diminta bersaksi di berbagai denominasi gereja. Bahkan baru-baru ini ia mengikuti suatu perjalanan ziarah ke Yerusalem. Istilah cinta buta mungkin dialami oleh wanita berdarah Manado ini. Kisah cintanya dengan pria yang tidak seiman berakhir di pelaminan, sekalipun sempat ditentang oleh pihak keluarga.

Tapi ia nekad, atas dasar cinta ia menikah dengan Jamal Mirdad, seorang penyanyi. Hari-hari yang dilaluinya setelah pernikahan terasa begitu indah. Sebagai umat Kristus, seharusnya ia pergi ke gereja di hari Minggu. Tapi Lydia tidak. Bersama suami tercinta, ia kerap mengisi hari-hari Ahadnya dengan jalan-jalan, nonton, atau shopping dan sebagainya. "Makin lama rasanya kok makin jauh dari Tuhan," ungkapnya.

Namun, pikiran seperti itu tidak cukup membuatnya berbalik pada Tuhan. Ia seolah menikmati semua itu. Anaknya Sakit Aneh Sampai saat anak keduanya mengalami sakit 'aneh'. "Syaraf kiri anak saya abnormal," tuturnya. Ia langsung membawanya ke rumah sakit dengan keyakinan setelah ditangani dokter pasti anaknya sembuh. yang terjadi justru sebaliknya. Makin lama kondisi anaknya semakin parah. "Seperti obat-obat yang diberi dokter tidak mempan terhadap penyakitnya. Anak saya seperti mau mati. Matanya tidak mau terbuka," kisahnya.

Akhirnya diputuskan untuk membawa anaknya pulang ke rumah. "Saya menangis dan menangis sambil membaringkan anak saya di tempat tidur. Saya merenung dan larut dalam kebisuan.

Seketika saya teringat akan dosa-dosa saya dulu. Saya tidak setia kepada Tuhan. Padahal Tuhan sudah begitu baik ada saya," akunya. Seketika itu juga, ia berdoa sambil bercucuran air mata. Minta ampun atas segala dosa dan ketidaksetiaannya.

Ia betul-betul merasa telah mendukakan hati Tuhan. "Luar biasa ternyata," ungkapnya. Sesaat ia katakan amin, hati dan batinnya terasa lega sekali. "Plong rasanya. Saya yakin darah Yesus telah menghapus dosa-dosa saya," tuturnya sumringah.

Lalu ia melihat anaknya yang masih terbaring dalam keadaan yang memprihatinkan. Air matanya jatuh lagi. Ia duduk di sisi tempat tidur sambil mengelus-elus kepala anaknya. Batinnya berkata, "Tuhan, aku tahu Engkau telah menghapuskan dosaku. Saat ini juga ya Bapa, jikalau Engkau mengasihi aku, tolong sembuhkan anakku. Aku percaya sepenuh jiwa, Engkau sanggup melakukan semua itu. Sebab segala perkara dapat kutanggung di dalam Engkau."

Usai berdoa, ia memuji-muji Tuhan dengan kidung pujian yang tiada putus-putusnya. "Saya berjanji bahwa saya tidak akan pernah berhenti memuji Tuhan sampai Tuhan sembuhkan anak saya," paparnya. Ternyata ajaib, satu jam berselang, mata anaknya perlahan mulai terbuka. "Perlahan, tapi pasti mata anak saya terbuka. Lalu ia bangun dari tempat tidur. Ajaibnya, di wajahnya tidak ada gambaran kesakitan. Padahal ia baru saja mengalami suatu penyakit yang luar biasa berat untuk anak seusianya. yang terlukis di wajahnya adalah sukacita.

Sungguh ini suatu mujizat. Saya langsung memeluk anak saya sambil berkata: "Terima kasih Tuhan," urainya. Sejenak diajaknya anaknya berdoa bersama. Mengucap syukur atas kesembuhan yang hanya datang dari Allah. "Tuhan sudah mendengar doa saya," ujarnya saat itu.

Setia Melayani
Sejak kejadian itu, ia berjanji akan setia melayani Tuhan. "Saya ingin menceritakan kepada semua orang, bahwa Tuhan itu sungguh baik adanya," tukasnya. Ternyata badai itu belum berlalu. Sang suami belum merestui kemauannya untuk kembali ke gereja. Apalagi harus membawa anak-anaknya. "Terpaksa dulu saya berbohong. Membawa anak-anak dengan alasan nonton, renang, jalan-jalan, dan macam-macam. Padahal sebelum atau sesudah kegiatan itu kami ke gereja. Habis kalau tidak begitu, mana bisa saya ke gereja," kilahnya.

Kami, lanjutnya, harus main petak umpet. Alkitab dulu biasanya disimpan. Bacanya juga menunggu Jamal pergi. "Terus terang saya tersiksa dengan keadaan seperti itu," akunya. Tapi ia sudah punya komitmen, bahwa ia tidak akan menjual Tuhan Yesus karena apa pun juga. Lama-kelamaan Jamal mulai berubah. Ia semakin menghargai saya. Ia pernah mengatakan tidak melarang saya atau anak-anak ke gereja. "Sukacita sekali saat saya mendengar itu," cetusnya.

Lydia memang punya komitmen bahwa anak-anak harus ikut ibunya. Walaupun dua anaknya bersekolah di Al-Azhar, tapi setiap Minggu, mereka pasti ke gereja. "Ketika saya mulai pelayanan pun, Jamal tidak melarang. Ia cuma katakan sebaiknya pelayanan di dalam kota saja. Tidak usah sampai ke luar kota," jelasnya.

Isu Dis-Harmoni
Isu yang sempat menerpa pemeran "Merry" dalam sinetron "Gara-Gara" bersama Jimmy dan Sion Gideon ini adalah disharmoni keluarga. Bahkan dikabarkan kehidupan rumah tangganya retak. Ketika dikonfirmasikan dengan tegas Lydia mengatakan tidak benar demikian. "Jamal itu punya kasih. Bahkan mungkin lebih baik dari orang Kristen sendiri. Ia takut akan Tuhan. Pada dasarnya, ia ingin dihargai, oleh sebab itu ia pun tahu harus menghargai orang lain yang berbeda dengan dia," ungkapnya.

Lalu apakah Jamal mendukung pelayanan Lydia yang nampaknya kian hari intensitasnya kian padat?

"Mendukung tidak, melarang juga tidak," ujarnya. Saat ditanya apakah pernah ribut-ribut soal agama di rumah, ia menjawab, "Tidak. Tidak pernah. Kami tidak mau mempersoalkan agama. Itu hak masing-masing. Lydia juga menambahkan kalau akhir-akhir ini Jamal sering tanya-tanya tentang firman Tuhan. Bahkan Jamal beberapa kali meminta Lydia membacakan Alkitab sebelum tidur. "Kalau saya marah, Jamal selalu mengingatkan, katanya "kasih," jelasnya. Apakah suatu hari Jamal akan masuk Kristen? "Tidak ada yang mustahil bagiTuhan," tutur Lydia menutup perbincangan.

Becky Tumewu: Buat saya, Tuhan Yesus itu nomor satu


Sumber: Bahana
Ruth Lidwina Rebecca Tumewu atau yang biasa disapa Becky ini mengaku memiliki waktu luang yang lebih banyak menikmati hari-harinya bersama suami dan kedua buah hatinya.

Becky berprinsip bahwa tiap anggota keluarga sadar atau tidak sadar memiliki peran yang besar dalam upaya saling membentuk pribadi. ia juga menyadari bahwa kedua anaknya—Tara Marie Dermawan dan Kayla Zefanya Dermawan—sangat mengharapkan kehadirannya di sisi mereka untuk mengikuti perkembangan diri mereka.

Ia ingin mengajarkan keutamaan-keutamaan hidup sebagai orang Kristen kepada anak-anaknya. Oleh karena itu dia berusaha sejak awal mengenalkan figur Yesus kepada anak-anaknya melalui kehidupan doa dan mengikuti misa di gereja secara teratur.

Ia mengaku tidak memiliki keinginan yang muluk-muluk dengan perkembangan anak-anaknya. Dia mendampingi mereka tanpa mengikutkan agenda pribadinya untuk kemudian muncul dalam diri anak-anaknya. “Saya membiarkan mereka tumbuh apa adanya tanpa rekayasa,” jelas MC yang disebut-sebut pernah menjadi MC terlaris ini.

Dalam menanamkan kejujuran misalnya, ia sedapat mungkin tidak menipu kedua anaknya. Becky lalu memberi contoh. Kalau Kayla berdiri di salah satu sudut rumah yang gelap, sekali-kali Becky tidak akan menyuruhnya meninggalkan tempat itu dengan alasan di tempat itu ada setan. “Saya hanya bilang, kamu jangan berdiri atau main di situ. Di situ gelap nanti kamu jatuh tersandung. Saya tidak menakut-nakuti, saya selalu ngomong apa adanya.”

Becky memberi contoh lain. Misalnya kalau anak-anaknya mencoba membuka jendela mobil ketika berada di perempatan jalan, Becky melarang. Secara rasional dia memberi penjelasan bahwa kalau jendela mobil dibuka akan ada penjahat yang mengambil atau merampas uang mereka.

Dari sini biasanya, lanjut mantan penyiar Radio Prambors ini, akan sangat banyak pertanyaan yang muncul dari mereka. Pertanyaan mereka sering bersifat menyelidik dan bagi orang dewasa merupakan pertanyaan yang remeh, namun memiliki dampak positif bagi anak. Dengan bertanya anak terlatih untuk peduli terhadap lingkungan sekitarnya sambil berpikir kreatif.

Becky rupanya sepaham dengan almarhum Romo Mangun bahwa anak yang pintar bukanlah anak yang pandai menjawab pertanyaan melainkan anak yang pandai membuat pertanyaan dengan baik. “Mungkin jawaban-jawaban kita hanya ditanggapinya dengan o..ya, o..ya, tapi mungkin nanti dia akan ingat, pasti ini yang dimaksud mamaku dulu,” ungkap alumnus Jurusan Ilmu Kependidikan, Universitas Atma Jaya, Jakarta ini dengan suaranya yang serak-serak.

Tentang berbagai predikat yang dilekatkan pada dirinya seperti “wanita paling heboh” atau “MC Terlaris” ia hanya mengatakan, Puji Tuhan. Namun ia melanjutkan bahwa lebih banyak orang lain yang jadual manggungnya jauh lebih padat atau lebih laris.

Becky tidak mau mudah tersanjung dengan predikat semacam itu. Dengan rendah hati, ia berujar bahwa dirinya bukanlah yang terlaris atau terheboh. Namun dia mengakui bahwa dia punya ciri khas sendiri. “Saya punya karakter sendiri. Saya punya kelas sendiri dan saya bersyukur saya punya posisi sendiri di hati masyarakat,” ucapnya penuh syukur

Tapi, bagaimana potensi besar itu dalam diri istri Irwan ini muncul? Seperti diakuinya, keberadaannya hari ini dimulai dari dunia tarik suara. Sewaktu masih di SMA dia bertemu dengan musisi James F. Sundah dan diperkenalkan dengan dunia tarik suara. Namun kemudian secara perlahan dia meninggalkan dunia ini lalu ikut main sinetron. Salah satu sinetron yang ia bintangi adalah Dunia Dara (RCTI).

Baginya bermain di sinetron sungguh merupakan pengalaman yang sangat baru. meskipun demikian ia jalani saja. Beberapa waktu terjun dalam dunia akting, kesempatan untuk menjadi penyiar radio datang. Dari sini ia semakin dikenal luas lalu secara perlahan namun pasti tawaran demi tawaran menjadi MC, presenter menghampirinya, termasuk kemudian ia menjadi pengasuh Selamat Datang Pagi pada 7 Juni 2000.

Nah, sampai pada pencapaiannya hari ini, termasuk kesabaran dan ketekunan dalam menapaki perjalanan karier dan hidupnya tidak pernah terlepas dari campur tangan Tuhan.

Bahkan saking tak terkatakan campur tangan Tuhan pada dirinya ia berkata, “Tuhan tidak hanya hadir dalam karier saya tapi juga dalam seluruh kehidupan saya. Buat saya, Tuhan itu adalah yang nomor satu.
Saya menempatkan Tuhan Yesus sebagai pelindung, pemimpin, dan pembimbing. Saya ingin selalu berjalan bersama Tuhan. Tuhan adalah helai-helai napas saya.”

Becky selalu memulai harinya dengan berdoa. Apa pun yang ia alami baik susah maupun senang selalu ia bawa dalam doa. Saking seringnya ia berdialog dengan Tuhan sampai-sampai ia merasa Tuhan tidak perlu diberi tempat khusus lagi dalam dirinya karena Dia telah mengisi seluruh hidupnya. “Tuhan mengisi seluruh hidup saya. Ibaratnya setiap helai napas saya selalu bersama-Nya.”

Karena alasan itu, ia susah menemukan dirinya dalam keadaan benar-benar terjepit atau kesusahan sehingga secara “istimewa” mengandalkan Tuhan. Bagi Becky, seluruh perjalanan hidupnya bersama Tuhan selalu istimewa.

Kedekatannya pada Tuhan membuat Becky selalu berpikir positif. Dengan cara pandang positif ini ia mengaku tidak pernah merasa putus asa jika menghadapi sebuah persoalan. Kalaupun sempat kecewa, tidak berkepanjangan.

Cornelia Agatha: Saya ingin jadi pelayan Yesus yang baik


Sumber: Kompas Online & idcrossmap

Pada Natal 2005, ke mana pun Cornelia Agatha (32) pergi, bayangan opa tercintanya, Benjamin Verbrugge, tak lepas dari pelupuk mata. Sang opa meninggal dalam tidur tanpa sakit berarti, 13 Desember lalu pada usia 88 tahun.

”Dia orang yang paling dekat sama aku, melebihi siapa pun. Tidur pun kami lebih sering sekamar,” katanya ketika ditemui di Jakarta, Jumat (23/12). Liburan Natal tahun itu, Lia sudah berencana berlibur dengan opa ke Belanda, negeri kelahiran almarhum. Keluarganya juga sudah menyiapkan perayaan Natal yang lebih meriah. Nyatanya, tak akan ada pesta Natal bagi Lia tahun itu.

Satu-satunya yang dirasakan Lia sebagai hadiah Natal adalah VCD rekaman khotbah dan wejangan opa dalam kebaktian di rumah pada Natal dua tahun lalu. ”Setiap Natal, VCD itu akan selalu diputar, supaya sosok dan spirit dia selalu hadir,” kata putri sulung dari tiga bersaudara ini.

Aktris yang awal tahun 2005 meluncurkan album rohani "Bersama-Mu ini" mengaku sempat ditegur pendeta karena ketidakrelaannya melepas kepergian sang opa. ”Tahun depan aku mau menikah dan opa janji ada bersamaku saat itu, tetapi dia sudah dipanggil sekarang,” katanya meyimpan sesal.

Begitu dekat dengan Opa Benjamin, yang juga menjalankan tugas melayani umat sebagai pendeta hingga akhir hayat, bukan berarti mereka tak pernah beradu pendapat. Kata Lia, ”Begitu baik dan sayangnya opa sama aku, sampai-sampai ketika kami marahan dan yang salah aku pun, pernah dia datang duluan dan minta maaf ke aku.”

Banyak waktu yang dilewatkan Lia bersama opa tercintanya, dari merawat kala sakit, mengucap sayang setiap menjelang tidur, hingga jalan-jalan ke mal. Di sepanjang waktu itu, wejangan yang selalu disampaikan opa adalah untuk menjadikan kehidupannya sebagai berkat bagi sesama.

Dulu Lia mengaku nyaris bosan dengan wejangan itu karena berulang kali terus disampaikan opa padanya. Tetapi, sekarang disadari Lia itulah semangat yang ia inginkan untuk melanjutkan hidup di masa mendatang tanpa opa. Ditambahkan Lia, ”Harapan Natal-ku tahun itu adalah dapat miracle (keajaiban—Red) dari Tuhan, bisa ketemu sama opa, entah dalam bentuk apa saja deh.”

Luncurkan Album Rohani
Artis sinetron juga pemain teater, Cornelia Agatha, bersama Obbie Mesakh yang dikenal sebagai pencipta lagu pop kondang era tahun 1980-an, untuk pertama kalinya meluncurkan album rohani produksi Maranatha Record.

Dalam acara syukuran album Cornelia dan Obbie di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat 12 Agustus 2005 lalu, Cornelia mengatakan, "Saya sudah lama memberi kesaksian atau memenuhi undangan di gereja sambil memuji Tuhan dalam bentuk nyanyian . Peluncuran album ini saya sadari bukan untuk meraih profesi penyanyi, namun sebagai bentuk pelayanan kepada Tuhan.

Semoga lagu-lagu rohani ini bisa menjadi berkat bagi semua orang. Talenta ini memang untuk Tuhan." Menurut Cornelia, profesi yang didalaminya adalah bidang seni peran seperti teater yang juga sering diwarnai tuntutan menyanyi, walau tidak bisa disamakan ketika tampil bernyanyi di album rohani. Di satu sisi, belum ada niat untuk terjun total bidang tarik suara. "Sekali lagi, tidak ada pertimbangan khusus album ini. Sesungguhnya lagu pujian saya persembahan untuk Tuhan. Saya ingin jadi pelayan Tuhan yang baik," ujar Cornelia.Cornelia dalam album perdana BersamaMu membawakan sejumlah tembang rohani yakni, Aku Cinta KepadaMu, BagiMu, Ajar Aku, Persembahanku, Kasih Sejati, Kerinduanku, Dia Memilih Disalib, Lebih Dari Dunia Ini dan Yesus Engkau Segalanya.

Sementara album rohani Obbie Mesakh, Kumau Setia berisi 10 lagu yakni, Kumau Setia, Pandanglah Aku Tuhan, Mutiaraku, Padamu Tuhan (Mengapa Harus Kualami), Sekaliku Berjalan, Penebus Dosa, Rubahlah Jalan Hidupku, Yesus Yang Kupercaya, I'm Following Him dan Shallom."Kerinduan membawakan lagu rohani sudah lama saya idamkan, mudah-mudahan lewat album perdana Kumau Setia ini bisa menjadi misi untuk mengobati orang-orang yang telah meninggalkan Tuhan," kata Obbie.Sementara Peter Rahardja mengatakan, Maranatha Record adalah spesialis produsen album lagu-lagu rohani, dengan tidak saja menampilkan musisi yang layak membawakan lagu juga sewaktu-waktu siap terjun sebagai pelayan Tuhan.

Chris John: Terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus


Sumber: http://www.detiksport.com/
Juara dunia WBA kelas Bulu 57,1 kg dari Indonesia, Chris John, berhasil mempertahankan gelarnya. Lawannya Juan Manuel Marquez dikalahkan dengan angka mutlak.Chris John benar-benar menepis keraguan yang sebelum pertandingan dirinya diperkirakan bakal kesulitan menghadapi Marquez.

Prediksi tersebut memang wajar, mengingat lawannya dari Meksiko itu adalah mantan juara WBA dan IBF.Tidak itu saja, Marquez juga unggul dari sisi pengalaman dengan catatan 44 menang 2 seri dan 1 kalah (33 KO), sementara Chris John 36-0-1 (20 KO). Selain itu, penampilan fisik Marquez juga terlihat lebih berisi.Namun di atas ring, di Golden Gate Arena, Tenggarong Kutai Kertanegara, Sabtu (4/3/2006), semua prediksi tersebut mentah. Chris John justru mampu menang angka mutlak atas lawannya.

Sadar pukulan lawan sangat berbahaya, Chris John dengan cerdik menerapkan strategi pertarungan jarak renggang. Ini membuat Marquez frustasi karena pukulan-pukulan kerasnya tidak efektif. Sebaliknya counter dari Chris John lebih sering mengenai sasaran.

Enam ronde pertama Marquez tetap kesulitan memasukkan pukulan, sementara Chris John tetap lincah mengatur jarak dan menghindar. Marquez bertambah frustasi karena pukulannya yang terlalu rendah, dua kali ditegur wasit dan akhirnya diganjar potongan satu poin di ronde ke 10.

Memasuki ronde 11, Marquez tidak punya pilihan selain harus menjatuhkan lawannya. Namun kembali pukulannya mengenai bagian bawah lawan, sehingga wasit untuk kedua kalinya memberikan hukuman potongan satu angka. Sampai di ronde terakhir, killing punch yang coba dilakukan Marquez tidak juga menemui sasaran.

Saat putusan hakim dibacakan, Chris John pun resmi dinyatakan menang angka mutlak yakni 116-110, 117-111 dan 116-112.Di jelaskan petinju dengan julukan The Dragon itu, kunci kemenangannya adalah disiplin menjaga jarak. "Saya mendengarkan instruksi untuk tetap menjaga jarak saya, karena kombinasinya sangat bagus sekali," ujar Chris John usai penyematan kembali sabuk juara.

"Saya akui pertandingan ini berat sekali. Reputasi dia memang terbukti di kelas bulu. Saya sangat berterima kasih atas dukungan seluruh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakant Tenggarong. Terima kasih juga kepada Tuhan Yesus Kristus terhadap kemurahan-Nya," simpulnya.Ini merupakan kedua kalinya Chris John mempertahankan gelar juara WBA di tempat yang sama, setelah Desember 2004 menang atas petinju Venezuella, Jose Rojas.

Rinto Harahap: Saya Heran, Tiba-tiba Saja Sembuh!


Sumber: Sinar Harapan, 31 Maret 2006
Di ruang tamu yang bertaburan dengan lukisan dan foto keluarga di Jalan Bango, Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rinto Harahap mengangkat tangan tinggi-tinggi. Seperti seorang anak kecil yang baru mampu menggerakkan anggota tubuh, dia terus menatap dengan takjub. “Tangan saya sudah bisa bergerak. Saya bisa bicara. Saya menjawab dengan gampang. Dulu susah sekali, susah bicara, susah gerak,” ujarnya dalam perbicangan dengan SH, Selasa (28/3) siang.

Beberapa hari lalu pencipta lagu dan produser ini mengalami kesembuhan dari penyakit strokenya ketika menghadiri Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) bertema “Doa bagi Pemulihan Bangsa” selama tiga hari yang diadakan GBI Api Kemuliaan yang dihadiri oleh Rev. Benny Hinn – pendeta terkemuka Amerika Serikat – di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta (26-28/3).

Selama berbincang, selain tangan yang terus dia gerakkan, ucapan Rinto pun lancar mengalir dari bibirnya. Dia mengaku, proses kesembuhannya pun ajaib. Bahkan sebelum acara itu digelar. Ketika itu, dia bersama keluarga tengah berlibur di Bali. Amry yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan segera memberitahukan ada acara doa yang diadakan di Jakarta dan menjemput abangnya. Mereka memang datang pada hari pertama kegiatan itu.

Mengikuti keinginan si adik, dengan pesawat Rinto dipapah sampai ke bandara. “Saya berangkat pukul 12.20 WITA dari Denpasar, tiba di Jakarta sekitar pukul 02.00 WIB,” ujar Rinto. Bahkan, saat menuju Ancol pun, dia heran perjalanan bisa dilintasi oleh dua iringan mobil keluarga Rinto Harahap dengan mudah. Di tengah keramaian – ratusan ribu orang hadir pada acara itu – dia mulai merasakan perubahan itu.

Sehingga ketika pendeta itu meminta para jemaat untuk pemberkatan dan penyembuhan, dia heran dirinya bisa maju ratusan meter ke depan. Ketika itu, ada beberapa artis lain seperti Melky Goeslaw yang datang di acara itu. Mereka dipanggil satu persatu oleh pendeta itu.

Baginya ini adalah keajaiban, karena sebelumnya, dia tak pernah bisa berjalan sejauh itu. “Tau-tau saya dipanggil ama dia, saya tidak memakai kursi roda, saya berjalan ke depan. Ilang sakit saya. Dalam hati, sungguh ada kesembuhan.Ya, yang saya alami inilah,” ujar suami Lily Kuslolita ini.

Dua Tahun
Tentang kedekatannya dengan Tuhan setelah ini, dia mengaku masih bingung dengan segala kejadian ini. “Itu pasti. Saya baru akan dapat menjawab beberapa saat lagi. Saya gak tau, saya sendiri masih terkesan dengan peristiwa ini,” paparnya.

Walau belum seratus persen, dia mengaku peristiwa itu telah membuatnya lapang dada. Dua tahun sudah, Rinto tak bisa beranjak dari rumah, kecuali dengan bantuan kursi roda. Bahkan untuk duduk pun, dia mengaku sulit. Artis yang karyanya begitu banyak dan kerap menjadi talent scot buat artis-artis sejak era tahun 1970-an itu, bahkan sempat tak bisa berkarya, kecuali hanya bisa berinspirasi, tapi sulit untuk berkarya.

Selama ini, tak hanya keluarga tapi kawan musisi dan seniman lain berharap pada kesembuhannya. Dia cuma bisa berinspirasi tapi tak lagi bisa menuangkannya selama beberapa waktu. “Sekarang mulai pulih. Mungkin sebentar lagi saya akan kembali menulis,” ujarnya.

Peristiwa stroke pada sebagian tubuhnya memang membuat dia gamang, kaki kanan dan tangannya sulit digerakkan. Padahal dia mengaku tak mengonsumsi hal-hal yang kurang baik, bisa jadi juga karena dirinya kurang bisa menjaga makanan.

Penyanyi yang pencipta yang dua tahun lalu bahkan sempat tampil dalam warna etnomusik yang dibawakannya di Bentara Budaya itu, mengaku ingin kembali berkarya. “Saya akan tulis lagu-lagu untuk kemanusiaan, kedamaian. Lagu perdamaian. Lagu rohani, tentu juga. Karena bila pun kita berkeinginan macam-macam, seberat apa pun, tetap tak bisa. Tapi kalau Dia berkenan, dalam hitungan detik pun semua ter-cover,” kata artis yang kerap menciptakan beberapa warna lagu selain genre popnya yang dominan itu.

Bagaimana pun, kepribadian kuat dalam diri suaminya sangat perlu. Selain sebagai suami, papa dan juga opung bagi keluarga mereka, Rinto sejak awal memang mendapat dukungan penuh dari keluarga.

“Mujizat bisa terjadi di mana saja. Semoga setelah ini, selain sebagai pemusik yang berkarya, dia adalah ayah, sekaligus opung yang baik bagi keluarga,” ujar sang istri yang sejak awal berusaha menguatkan suaminya itu.

“Jangan mudah menyerah. Jangan nyerah dan putus asa. Papa harus sembuh,” ujar putri bungsunya, yang sejak awal wawancara mendampingi papanya. Ada keriangan di balik tatap mata itu, pada keadaan sang papa, yang sejak awal wawancara bahkan telah mondar-mandir di sekeliling meja.

Keajaiban, pertolongan Tuhan, memang selalu membuat setiap manusia ciptaan-Nya takjub. Selamat atas kesembuhan Bang Rinto dan kembali berkarya. (Sihar Ramses Simatupang)

Eva Riyanti Hutapea: Keberuntungan adalah Anugerah Tuhan, yang harus disampaikan dalam doa


Sumber: Tokoh Indonesia
Ia adalah salah seorang CEO terbaik dan bertangan dingin yang terbukti mampu menangani pelbagai persoalan yang membelit perusahaannya. Ia berhasil menyelamatkan PT Indofood Sukses Makmur (ISM), dari goncangan krisis.

Namun, Senin 15/12/03 ia menyampaikan surat pengunduran diri untuk memberikan kesempatan kepada Dewan Komisaris merekrut penggantinya yang akan dilaksanakan dalam RUPS Mei 2004. CEO (Chief Executive Officer) PT Indofood Sukses Makmur (ISM), ini menyebut tiga prasyarat utama untuk mencapai keberhasilan. Yakni, adanya kesempatan, kemampuan dan keberuntungan. Jika kesempatan dan kemampuan sudah dicapai, tinggal menunggu faktor keberuntungan.

Sementara, keberuntungan itu adalah anugerah Tuhan, yang harus disampaikan dalam doa. Ia berhasil menyelamatkan ISM dari goncangan krisis. Pada akhir 1997 lalu, perusahaan publik itu tekor sampai Rp1,2 triliun. Kerugian ini adalah akibat krisis moneter yang meluluh-lantakkan ekonomi negeri ini.

Krisis itu mengakibatkan daya beli masyarakat turun drastis serta beban perusahaan yang melonjak tinggi. Penjualan Indomie, produk andalan ISM, menurun drastis dari sekitar 8,5 bungkus pada akhir 1997 menjadi 7,8 miliar bungkus pada 1998. Apalagi saat itu, utang ISM dalam dolar AS yang diperlukan untuk investasi --bukan untuk working capital—juga tidak diasuransikan.

Eva tidak kecut menghadapi badai itu. Apalagi kondisi politik saat itu mengalir deras menerpa perusahaan milik Grup Salim yang sangat rentan dengan isu KKN dan monopoli itu. Saat itu pula Eva dipercaya menakhodai ISM.

Kemampuan yang dimilikinya, telah mendorong para pemegang saham membuka kesempatan bagi Eva. Kesempatan itu sebuah tantangan yang harus dijawab untuk membuktikan kemampuannya.

Pada kesempatan ini, kepiawaian Eva, Ibu beranak tiga, ini makin teruji. Ia segera melakukan pelbagai langkah, mulai dari efisiensi, penyesuaian harga jual produk, hingga mencari terobosan pasar baru di manca negara. Ia pun sering turun langsung ke pusat-pusat penyaluran makanan seperti koperasi dan pesantren untuk mendistribusikan produk-produk mie, makanan bayi, dan susu dalam program Indofood Peduli, terutama ketika sebagian besar masyarakat Indonesia dilanda krisis pangan.

Hasilnya, ISM berhasil membukukan keuntungan Rp 150 miliar pada akhir tahun 1998. Bahkan pada tahun berikutnya (1999), keuntungan bersih yang diraih semakin melonjak 500% lebih, yakni mencapai Rp1,3 triliun. Sangat fantastis.

Bukan itu saja. Eva, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia tahun 1973 ini, pun perlahan-lahan dapat mengatasi utang luar negeri ISM. Diperkirakan pada Juni 2000 nanti, utang ISM tinggal US$313 juta. Bahtera ISM pun tetap berlayar gagah melampaui badai. Sementara pada saat badai itu mengguncang samudera ekonomi Indonesia, banyak perusahaan yang terhempas dan tenggelam.

Maka, tidaklah heran apabila Eva, belum lama ini, mendapat penghargaan sebagai salah satu CEO Terbaik di Indonesia oleh lembaga riset Asia Market Intelligence (AMI) yang bekerja sama dengan majalah Swa.Keberhasilan itu, ujar Eva yang hingga kini masih tercatat sebagai dosen aktif di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi - Universitas Indonesia, itu bukan hanya prestasinya sendiri. Melainkan prestasi seluruh sumber daya manusia yang ada di Indofood.

Namun, sesungguhnya kepiawian Eva sebagai CEO-lah yang paling menentukan. Ia telah memanfaatkan kesempatan yang diberikan para pemegang saham dengan membuktikan kemampunnya mengatasi persoalan rumit perusahaannya.

Tetapi, Eva yang memulai karir sebagai seorang internal auditor, tidak menonjolkan kemampuannya memanfaatkan kesempatan itu sebagai kunci utama keberhasilnnya. Justru ia lebih memandang faktor keberuntungan sebagai hal yang harus dikedepankan. Determinasi keberuntungan, menurut pemegang jabatan Direktur Jenderal International Ramen Manufacturers Association (IRMA), produsen mie instan dunia yang berpusat di Jepang, ini tidaklah sekadar nasib yang kebetulan.

Keberuntungan, menurut Eva, adalah anugerah Tuhan, yang harus selalu disampaikan dan bawakan di dalam doa.

Anna Maria: Terus berdoa dan berserah diri kepada Tuhan Yesus


Sumber: Kompas Cyber Media
Sedih, kecewa, dan marah sudah pasti dirasakan Anna Maria, saat suaminya, Roy Marten, harus masuk penjara. Terus berdoa dan berserah diri kepada Tuhan merupakan pilihan sikapnya.

Kalau pun rasa marah terasa menyesak, ia lampiaskan dengan menangis plus memukuli bantal sepuasnya.Sedih, tentu, suami harus merasakan dinginnya lantai hotel prodeo alias penjara. Semula Anna Maria tak percaya mendengar kabar penangkapan suaminya, Roy Marten, karena kasus narkoba. Berita penangkapan sang suami sempat ia anggap sebagai angin lalu.

Kemudian ketika kejelasan menghampiri, Anna masih yakin suaminya hanya berada di tempat yang salah dan semuanya akan segera selesai. Namun, setelah mendapat kabar langsung dari Roy Marten, "Barulah saya yakin dan langsung shock. Kok tega, sih?"

Kaget, sedih, kecewa, dan marah terus mendera pikiran dan perasaan perempuan kelahiran Cianjur, 42 tahun lalu ini. Maklum, selama menikah dengan pria kelahiran Salatiga, 1 Maret 1952 itu, terutama sepanjang enam tahun terakhir, praktis tak ada masalah serius. Bahkan, dalam segala hal mereka selalu berkomitmen untuk jujur dan terbuka.

Pilih Menangis
“Mas Roy layak mendapat Oscar untuk yang satu ini. Benar-benar pintar dan membuat saya termakan oleh aktingnya. Dua tahun terakhir memang sibuk, tetapi saya tahu itu untuk urusan binis dan organisasi, apalagi Mas Roy memang suka bergaul. Untuk satu ini dia sepertinya membuat komitmen sendiri untuk tidak terbuka, apalagi jujur," ungkapnya sedih.

Meski begitu, sebagai seorang istri, pemilik nama lengkap Anna Maria Sofiana ini mengaku tetap memberi dukungan dan berharap semuanya segera berakhir. “Sebagai seorang bapak maupun imam keluarga, Mas Roy sudah sangat baik. Kejadian ini hanyalah setitik nila dalam kehidupannya,” ujarnya.

Apakah muncul rasa marah melihat kenyataan ini? Perempuan yang tampak awet muda dan bugar ini spontan menganggukkan kepala. Marah dan kecewa sudah tentu, tetapi ia hanya bisa berdoa sembari menangis sepuasnya. Selama hidupnya, Anna mengaku peristiwa inilah yang membuatnya sangat marah. Setidaknya butuh waktu tiga hari untuk melupakannya.

“Setelah yakin kejadian ini benar adanya, saya hanya bisa menangis sambil terus memukul bantal. Memendam marah berlebihan tentu tidak baik, menangis adalah ekspresi yang saya pilih. Marah dengan kata-kata lebih banyak efek buruknya dan itu bukan pilihan," paparnya.

Lima Kali Seminggu
Praktis hampir tiga hari Anna berdiam diri di dalam kamar. Sebagai penganut Kristen Ortodoks, ia memilih untuk melantunkan doa “Puja Yesus”, sejenis zikir agar diberi kekuatan dan kemudahan dalam menghadapi cobaan. Terus berdoa dan berserah diri kepada Tuhan menurutnya cara paling ampuh untuk meredam sekaligus meringankan beban yang mendesak batin dan raganya.

Sejak kasus suaminya bergulir, rumahnya di Jakarta Timur nyaris tak pernah sepi wartawan. Untunglah selama ini Roy Marten dan keluarganya dikenal sebagan orang yang terbuka.

“Sebagai istri, saya yang paling tahu tentang Mas Roy Karena itu, jika tidak sedang capek dan ada janji, saya selalu siap wawancara. Mas Roy hanya korban, tentu saya ingin agar perkara ini dilihat dengan bijaksana," tutur ibu dua anak ini ketika ditemui di rumahnya.

Meski menghadapi situasi yang tidak menguntungkan, secara pribadi Anna tampak tegar dan selalu menebar senyum kepada siapa pun. Bahkan, fisiknya tetap bugar di tengah deraan beban psikologis yang berat.

Harap maklum. Sudah tiga tahun terakhir ini Anna memang sangat peduli pada gaya hidup sehat. Hal ini terlihat dari kehidupannya yang rutin terjadwal dan terisi dengan aktivitas yang menyehatkan.

“Sayangnya, hampir sebulan ini rutinitas saya terganggu. Praktis saya hanya bisa olahraga ringan di rumah itu pun kalau sempat. Padahal, biasanya saya rutin ke gim lima kali dalam seminggu," sebutnya.

Selain itu, ia juga menjadikan olahraga kardiovaskular dengan treadmill sebagai pilihan untuk menjaga jantung dan kesehatan pembuluh darah. Katanya, "Untuk sehat saya selalu ada waktu dan itu memang bagian dari rutinitas. Agar tak bosan dan daripada terus di rumah atau pergi yang tak jelas manfaatnya.

Untuk menu harian, pemilik tinggi badan 160 cm dan berat 49 kg ini memilih diet karbohidrat dan garam. Kecuali hari Sabtu dan Minggu ia sengaja makan beras merah. Sebagai pelengkap, ia juga mengonsumsi 9 butir putih telur, dada ayam, sayur, dan buah.

"Badan jadi lebih bugar dan terjaga beratnya. Agar asupan serat cukup, saya juga rutin minum jus murni tanpa gula," ujar Anna tentang khasiat dietnya.

Sebagai tambahan, jika perlu putri pasangan Hasan Kartadi Kusuma dan Emma Natadi Kusumah ini minum suplemen dan satu sendok madu sehari supaya staminanya tetap terjaga.

Sadar jika kesehatan tak hanya fisik semata, Anna mencoba menyeimbangkan dengan rutin mengikuti kegiatan rohani. Untuk urusan yang satu ini tak perlu diragukan lagi. Ia sesekali juga menjadwalkan yoga dan pilates.

Franz Magnis-Suseno: Sebagai orang Kristen, ya saya selalu akan mengacu kepada yang dikatakan Yesus tentang pengadilan terakhir...


Sumber: Tokoh Indonesia
Kepemimpinan yang bagaimana yang bisa membawa bangsa ini menjadi lebih baik? Menurut Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno, SJ dalam percakapan dengan Wartawan Tokoh Indonesia, dia harus demokratis, inklusif dan punya komitmen pada solidaritas bangsa serta mampu memproyeksikan sebuah misi bagi seluruh bangsa.

Menurut, pastor yang sering dijuluki “Kasman” atau bekas Jerman yang sangat Indonesianis, ini kita perlu seorang pemimpin yang memang mampu memimpin, melihat manakah tantangan, dan ke manakah kita harus berjalan. Ia juga mampu memproyeksikan sebuah misi bagi seluruh bangsa.

Jadi, tidak cukup dia sendiri tahu, dia sendiri mengambil keputusan yang tepat. Tetapi, sebetulnya dia harus menyemangati bangsa, apalagi bangsa yang terpuruk supaya tidak terus sibuk dengan masalahnya sendiri. Perlu dilihat, kami dipimpin ke masa depan yang menjanjikan, dan itu sangat penting. Mengenai substansi, tentu seorang pemimpin sekurang-kurangnya harus mempunyai tiga keyakinan yang kemudian menjadi prakteknya.

Berikut petikan wawancara TokohIndonesiaDotCom dengan Romo Franz Magnis-Suseno, SJ berlangsung di kantor STF Driyarkara, Jakarta.

Indonesia hendak menuju Pemilihan Umum. Menurut Romo, kepemimpinan yang bagaimana yang bisa membawa bangsa ini menjadi lebih baik?

Memang, saya kira ini pertanyaan yang cukup penting sebetulnya. Kita perlu seorang pemimpin yang memang mampu memimpin. Dan, itu berarti dia melihat manakah tantangan, dan ke manakah kita harus berjalan. Ia juga mampu memproyeksikan sebuah misi bagi seluruh bangsa.

Jadi, tidak cukup dia sendiri tahu, dia sendiri mengambil keputusan yang tepat. Tetapi, sebetulnya dia harus menyemangati bangsa, apalagi bangsa yang terpuruk supaya tidak terus sibuk dengan masalahnya sendiri. Perlu dilihat, kami dipimpin ke masa depan yang menjanjikan, dan itu sangat penting.

Mengenai substansi, tentu seorang pemimpin sekurang-kurangnya harus mempunyai tiga keyakinan yang kemudian menjadi prakteknya.

Pertama, dia harus yakin demokratis. Jadi, dia tidak boleh kembali ke Orde Baru. Orde Barulah yang menghasilkan situasi politik sekarang. Jangan dilupakan, bukan reformasi. Tapi, keterpurukan ekonomi dan perpecahan itu di bawah Pak Harto. Jadi yang pertama, dia harus demokratis.

Yang kedua, dia harus inklusif. Jadi, seluruh bangsa diterima. Dia harus yakin betul bahwa Indonesia hanya bisa bersatu, dan hanya bisa berdamai, kalau semua bisa kerasan di rumah Indonesia. Itu, secara konstitusi dan undang-undang, negara tidak boleh ditata secara eksklusif menurut cita-cita salah satu kelompok, lalu akan mengasingkan yang tidak termasuk dalam kelompok itu, dan menimbulkan kekerasan, mengancam kesatuan Indonesia, dan Indonesia tidak akan utuh selamanya sebab hanya atas dasar paksaan. Jadi, perlu keyakinan akan nilai pluralisme dan Indonesia kenapa inklusif, itu yang kedua.

Yang ketiga, yang mungkin paling penting dan sangat rawan, adalah komitmen pada solidaritas bangsa khususnya solidaritas dengan masyarakat sederhana dan masyarakat miskin. Yang saya anggap paling berbahaya, kalau orang kecil masyarakat mendapat kesan bahwa negara ini surga bagi orang-orang kaya. Jadi, rakyat harus merasa bahwa itu negara kita, bahwa kami orang sederhana betul-betul menjadi perhatian pemerintah.

Kan, rakyat Indonesia itu sebetulnya sehat cemerlang. Dalam arti, bahwa dia tidak pernah menuntut kerugian, dia tidak menuntut cara hidup seperti orang yang di atas, dia tidak menuntut suatu kesamaan total. Tetapi yang tentu dia harapkan, bahwa mereka yang hidup kaya raya tidak menghancurkan jasa-jasa jerih orang kecil.

Jadi, misalnya masalah tanah negara, tidak boleh dipecahkan dengan membuldozer rumah-rumah orang kecil yang membangun di situ. Karena negara tidak menyediakan kesempatan bagi mereka membangun rumah sederhana di tempat yang legal. Kalau malah mereka dibuldozer, itu keji, dalam pandangan saya dan dalam pandangan mereka. Kan, tidak sedemikian mahalnya untuk mengganti rugi, misalnya kalau tanah itu betul-betul mau dipakai. Nah, bagi saya ini sebetulnya kunci.

Lalu, saya melihat tiga hal tersebut, dan masalah yang lain, tidak akan ditangani kalau korupsi jalan terus. Karena, korupsi itu berarti, bahwa semua melihatnya dari sudut money politics, keuntungan. Lalu sudah tidak ada keikhlasan, kejujuran, kebebasan dari pamrih yang kita tuntut. Jadi, pemberantasan korupsi adalah syarat supaya tiga hal terpenting itu bisa terlaksana.

Tentang korupsi, dari mana memulai pemberantasannya dan bagaimana caranya, menurut Romo?

Saya kira itu hanya bisa berhasil kalau itu betul-betul datang dari atas. Dan, dari atas bagi saya berarti dua. Pemerintah, tentu dengan pimpinan Presiden secara pribadi yang harus betul-betul committed, dan DPR.

Jadi, mestinya, Presiden baru dengan DPR baru, menyadari bahwa korupsi perlu ditindak. Dan mereka, bersama-sama membuat semacam kontrak, yang tidak perlu tertulis, bahwa akan diberantas.

Misalnya pemerintah menyediakan, bukan hanya tidak dia sendiri tidak korup, dan menghilangkan semua kesan korup. Semua hubungan keluarga berbau kesan korup harus diakhiri. Tetapi, dia juga memberdayakan semua unsur institusional mulai dari Kejaksaan, Kejaksaan Agung, Komisi Pemberantasan Korupsi, dan sebagainya supaya mereka itu sepenuhnya menjalankan.

Dan DPR, bersedia memotong keterikatannya dengan yang lain. Mereka semua masih terikat, karena menjadi legislator itu mahal. Belum tentu korupsi, tapi mahal, tentu ratusan juta rupiah setiap orang. Tapi kalau mereka mau bersatu, mereka bisa mengakhiri itu. Sehingga, tidak setiap legislator sebetulnya hanya memikirkan bagaimana duitku kembali, dan bagaimana aku mendapat untung, karena itu terjadi sudah terlambat.

Nah, di situ harus ada semacam semangat bersama. Tetapi, supaya itu terjadi semestinya ada tekanan dari civil society. Dan itu tidak cukup hanya LSM. LSM itu lemah, tidak semua menerima. Tetapi organisasi besar, terutama organisasi agama, misalnya Muhammadiyah dan Gereja-Gereja, syukur kalau juga NU.

Kalau civil society betul-betul menuntut, momentum DPR baru dengan Presiden baru, sebetulnya bisa menciptakan sinergi mulai dari atas. Saya tidak melihat jalan lain. Kalau itu sudah satu tahun belum terjadi, ya, saya akan pesimistis. Kita tantang selama satu tahun itu mulai. Tapi, masih akan lama. Pemerintah juga harus menyadari bahwa tindakan itu akan sepenuhnya didukung oleh rakyat.

Ada masalah dengan civil society tadi. Semua masyarakat Indonesia beragama rajin ke mesjid rajin ke Gereja tapi korupsi terus berlangsung, dan mendapat tempat terhormat di Gereja maupun di mesjid?

Nah, ini, kalau agama-agama tidak menyadari bahwa berkorupsi merupakan suatu dosa yang mungkin lebih besar daripada tidak ke Gereja dan tidak ke mesjid. Jadi, memang, di agama-agama perlu ada juga semacam perdebatan. Jangan hanya melihat ritualisme dan formalisme.

Sebagai orang Kristen, ya saya selalu akan mengacu kepada yang dikatakan Yesus tentang pengadilan terakhir di Injil Matius bab 25, dimana kriteria orang masuk surga adalah apakah dia menunjukkan hati dan tangan terbuka bagi saudara yang menderita dan ditinggalkan. Itu kriterianya. Dia tidak bertanya, apa kamu seorang kristen yang baik, apa kamu dibaptis, dan sebagainya, apa kamu berdoa.

“Tetapi ketika Aku lapar, haus, dipenjara, sakit, kamu tidak bantu Aku.” Lalu, mereka akan bertanya, kapan kita bertemu. Lalu, yang paling menentukan adalah, “Apa yang kau lakukan pada saudara-Ku yang paling kecil ini, adalah kau lakukan pada-Ku, dan apa yang kau tidak lakukan pada saudara-Ku yang paling kecil ini, tidak kau lakukan pada-Ku.”

Itu, kan berarti bahwa Yesus mengatakan, setia pada Aku, Yesus, itu tidak mesti terhadap, mesti mengetahui nama Yesus. Mereka kan tidak tahu ketemu Yesus. “Kalau kamu bantu orang miskin, kamu adalah orang-Ku”. Dan, belum tentu kamu tahu nama Yesus, dan sebagainya, tetapi tahu berbuat sesuatu bagi orang itu. Nah, ini, kalau orang Kristen melihat itu ya sudahlah….

Dapatkah Romo menceritakan, bagaimana kisah hidup Romo semenjak masa kanak-kanak, dan tentang pengasuhan orang tua?

Saya lahir sebagai anak sulung keluarga bangsawan pada tanggal 26 Mei 1936 di Silesia, Ekcsdorft, kabupaten Glatz, yang untuk orang di Indonesia sulit untuk dimengerti. Saya lahir di daerah pertengahan Jerman bagian timur, daerah yang paling timurnya adalah Jerman Timur. Karena orang Indonesia pada umumnya tidak tahu, bahwa Jerman itu dahulu pernah menjorok hingga ke daerah yang sekarang namanya Polandia.

Nah, sesudah Perang Dunia II tahun 1945, seperlima bagian timur itu diambil dikasih Polandia, sebagian lagi masuk Uni Soviet, dan penduduknya semua 9 juta orang Jerman diusir ke Jerman Barat.

Nah, saya termasuk pengungsi, keluarga saya bilangan semuanya dibawa ke Jerman Barat. Sebagai akibat perang dunia II keluarga saya lari dari tentara Uni Soviet menuju ke Cekoslovakia Barat, dan dari situ diusir lagi ke Jerman Barat. Kami kehilangan semua milik kepunyaan kami.

Akhirnya keluarga saya menetap sekitar 80 km di sebelah selatan kota Frankfurt. Tapi kalau dibilang saya orang Jerman timur, dikira di bawah Jerman Timur yang komunis, padahal nggak, daerah saya itu dulu Jerman Tengah.

Romo lahir di Jerman, memilih menjadi rohaniwan sebagai pastor, mendalami ilmu filsafat, lalu datang melayani ke Indonesia?

Saya sudah berada di Indonesia sejak 29 Januari tahun 1961. Saya datang ke Indonesia sesudah lima tahun menjadi rohaniwan muda, anggota salah satu tarekat (“Ordo”) Gereja Katolik yaitu “Sarikat Yesus”, atau “Ordo Jesuit” sejak tahun 1955. Serikat Yesus berkarya demi Gereja di seluruh dunia, ia bersifat internasional.

Waktu saya studi filsafat di Ordo Jesuit, merasa bahwa saya mungkin lebih bisa berguna di negara seperti Indonesia. Nah, mengapa Indonesia, kan di dunia lain juga ada negara, seperti Zimbabwe. Saya melamar dikirim ke Indonesia karena di Indonesia sudah ada beberapa Yesuit Jerman bekerja membantu Gereja, dan surat-surat mereka penuh pujian. Lamaran saya dikabulkan oleh pimpinan Serikat Yesus di Roma, sehingga saya ke Indonesia. Saya tidak pernah menyesali keputusan itu.

Lalu, apa yang membuat Romo tertarik menjadi warga negara Indonesia?

Sesudah saya kerasan di Indonesia dan merasa diterima, dengan sendirinya saya mau menjadi warga negara sehingga bisa menyatu sepenuhnya.
Saya kan sebetulnya datang dengan motivasi membantu Gereja. Dan, itu selalu sudah menjadi maksud untuk tetap di sini kalau memang kedua belah pihak cocok. Kalau kita sendiri tidak kerasan lebih baik pulang. Daripada terus tidak bisa tenang, resah, dan sebagainya. Begitu pula kalau jemaat, umat, atau masyarakat terasa susah dengan kita, ya, juga lebih baik pulang.

Tapi, kesan saya bahwa orang di sini tidak terlalu susah dengan saya. Dan saya sendiri sangat tertarik untuk mendapat kewarganegaraan baru, sehingga saya meneruskan untuk tetap di Indonesia.

Hampir sudah sejak semula saya incharge menjadi warga negara Indonesia. Saya mengajukan permohonan dan memenuhi semua syarat sejak tahun 1970. Tapi, dibutuhkan tujuh tahun sampai itu lewat mesin birokrasi. Tahun 1977 keluar, tahun 1977 saya disumpah, dan menyerahkan paspor Jerman saya ke Kedutaan Besar Jerman.

Romo sebagai warga negara Indonesia yang asal Jerman, bagaimana kesan Romo tentang Indonesia?

Begini. Bagi saya, Indonesia negara yang amat mengasyikkan, dan menarik. Dan saya belum pernah menyesali keputusan saya untuk ke sini, maupun untuk menjadi warga negara. Masyarakat di sini majemuk, budaya-budayanya adalah sangat menyenangkan.

Sebetulnya, budaya-budaya tradisional yang saya paling baik kenal adalah budaya Jawa. Karena saya masuk lewat Jawa, lewat kultur Jawa, dan saya merasa kerasan dengan budaya Jawa. Tapi, kemungkinan andaikata saya ke daerah lain, saya juga tidak akan mengalami kesulitan.

Indonesia juga negara yang, tentu secara politis, sosial, penuh tantangan. Dan kita, saya kira semua jangan lupa, bahwa itu sebetulnya normal. Kalau kita melihat di peta, dari Sabang sampai Merauke, sedikit saja negara di dunia yang lebih besar dan tidak ada yang lebih majemuk dengan ribuan pulau, ratusan budaya dan bahasa, berbentuk keagamaan yang cukup banyak variasi.

Bahwa, negara macam itu tidak secara lancar mulus menjadi negara kebangsaan demokrasi pasca tradisional tentu, masuk akal sekali. Negara asal saya, Jerman, membutuhkan lama sekali sampai mengembangkan demokrasi.
Percobaan demokrasi pertama di Jerman gagal. Waktu itu dicoba, sesudah Perang Dunia (PD)-I Kaisar diusir, dibangun demokrasi yang bagus, tetapi akhirnya partai-partai yang paling kuat di Jerman adalah Partai Nazi dan Partai Komunis. Dan, Nazi mencapai kekuasaan lewat pemilihan umum sehingga demokrasi pertama berakhir di dalam suatu kediktatoran.

Jauh lebih buruk daripada di Indonesia. Membawa malapetaka bagi Jerman sendiri, termasuk keluarga saya yang kehilangan seluruh kepunyaan di Jerman timur, juga membunuh puluhan juta orang dan malapetaka lewat perang.

Itu, bagi saya hanya contoh bahwa kita di Indonesia jangan terlalu berkecil hati karena memang masih mengalami kesulitan. Tentu, kita harus menentang semua kesulitan tapi dalam perspektif sedikit lebih jangka jauh. Jangan kita heran bahwa pembentukan kehidupan demokrasi yang mantap, damai, dan beradab memerlukan waktu.

Bangsa Jerman yang membanggakan diri sebagai bangsa para filsuf dan penyair, itu di abad yang lalu melakukan hal yang teramat biadab. Jadi, bahwa di negara ini pun ada hal lain yang biadab, supaya kita selesaikan, tapi bukan alasan untuk merasa minder atau putus asa.

Romo dibesarkan di Jerman, lalu datang ke Indonesia, menjadi warga negara, masihkah ada hubungan emosional dengan keluarga di sana? Bagaimana reaksi mereka saat Romo memutuskan datang ke Indonesia?

Ya, tentu masih ada. Saya dari keluarga yang sangat Katolik. Jadi, mereka menerima saya menjadi rohaniwan dan tidak berkeluarga. Mereka mau terima, katakanlah sebagai semacam pengorbanan. Dan mereka akhirnya juga terima waktu saya mengatakan, saya memberitahu bahwa akan ke Indonesia. Saya separuh memberitahu sesudah saya pastikan bahwa saya diizinkan ke sini.

Jadi, mereka merelakan. Dan orangtua saya pernah ke Indonesia, waktu saya ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1967 di Yogyakarta. Ayah dan ibu saya datang, mereka tiga minggu tinggal di Indonesia, kami putar-putar, dan itu sangat menghibur mereka karena mereka mendapat kesan baik dari Indonesia waktu itu, dan melihat Indonesia negara yang bagus, tidak lagi membayangkan macam-macam, tidak takut saya dalam bahaya.

Dan, saya kan lima atau enam tahun sekali kurang lebih pulang, beberapa bulan berada di sana. Sekarang orangtua saya sudah tidak ada, tetapi saya masih punya lima keluarga adik. Dan biasanya, kalau ke Jerman saya mengunjungi mereka, atau sebagian dari mereka.

Saya akhir-akhir ini cukup sering ke Jerman, rata-rata dua kali setahun. Tapi pendek, atas undangan orang. Jadi, saya dibayar, dibayar tiketnya, diminta mengikuti seminar tentang Indonesia, dan saya biasanya lalu menambah dua minggu di sana. Sekarang, kan, saya sudah tua, jadi tidak apa-apa lama-lama.

Apa saja pertanyaan pokok warga Jerman tentang Indonesia, kepada Romo?

Susah. Bertanya bagaimana Indonesia itu sangat susah dijawab.Tapi, yang ingin mereka tanya, apa saya baik-baik, apa saya kerasan, apa ada ancaman, apa ada bom yang meledak di dekat saya. Saya selalu menjawab pertanyaan itu. Saya, dengan semua orang Indonesia ini, barangkali tidak takut bom karena memang bom bisa meledak tidak hanya di Indonesia. Kalau menjadi kehendak Tuhan, ya, kita yang kena. Tapi dari dua ratus sekian juta orang, yang kena biasanya hanya sepuluh.

Dan, yang jauh lebih berbahaya, saya katakan selalu, di Indonesia itu lalu lintas biasa. Itu selalu berbahaya. Saya, kalau terbang ke Eropa resiko paling besar adalah perjalanan ke Soekarno-Hatta itu. Lalu, yang kedua di sini kriminal biasa.

Tapi, mereka terutama, juga kadang-kadang tanya, apakah saya sebagai Romo Katolik terancam atau tidak. Saya katakan, saya tidak terancam, saya tidak mengkhawatirkan hal itu sama sekali, dan itu tidak akan terjadi kalau kita tidak kebetulan ada di daerah yang memang perang.

Justru, saya akan sangat aman dengan saudara muslim. Dengan masyarakat muslim saya selalu diterima dengan amat baik. Sama sekali saya tidak perlu takut. Tidak ada itu, orang karena dia seorang Pastor Katolik menusuk.

Apa sumbangan terbesar yang ingin Romo berikan kepada bangsa, yang mayoritas berpenduduk muslim, negara muslim terbesar di dunia, berpenduduk terbesar keempat di dunia, negara demokrasi terbesar ketiga dunia setelah Amerika Serikat dan India?

Saya ingin membantu, baik umat saya sendiri, maupun umat beragama lain sejauh mereka menginginkannya, untuk berani bersikap terbuka, berpikir secara rasional dan dialogal, untuk saling bertoleransi, dan saling menghormati.

Kebetulan saya menekuni filsafat yang membantu orang mengembangkan sikap-sikap itu. Saya merasa bahwa dengan membantu orang berpikir dengan jernih, terbuka, berani, dan tenang, saya dgpat menyumbangkan sesuatu pada perkembangan masyarakat.

Apa yang Romo maksud dengan hipotesa, Indonesia sedang terlibat dalam perubahan paham tentang manusia, dari "orang kita-orang asing" menuju ke "martabat manusia universal"?

Manusia pasca-tradisional mampu berkomunikasi dengan orang lain sebagai manusia, bukan hanya atas dasar hubungan primordial. Ia melihat orang lain bukan hanya sebagai orang se-keluarga, se-kampung, se-suku, se-umat beragama, atau pun sebagai orang asing, melainkan sebagai manusia.

Ia sadar bahwa ada macam-macam manusia, dengan pandangan budaya, bahkan dengan tampak lahiriah, yang cukup berbeda. Ia menerima kenyataan itu. Ia tidak lagi resah dengan kenyataan itu. Maka ia juga mampu memperlakukan mereka semua dengan adil, menghormati hak-hak mereka, memahami apa yang dimaksud dengan hak-hak asasi manusia. Proses itu berkaitan erat dengan modernisasi kultural. Proses itu sedang terjadi di Indonesia sekarang ini.

Cukup dominankah peran agama pada proses perubahan paradigma itu, mengapa perubahan baru terjadi sekarang?

Agama tidak memainkan peranan signifikan dalam proses ini, meskipun secara normatif, apabila orang sudah menjadi manusia pasca-tradisional, ternyata mendukungnya.

Tetapi, keanggotaan dalam agama merupakan realitas primordial. Dan, tidak mudah mengatasi primoridalisme sedemikian rupa hingga orang dari agama dan keyakinan religius lain juga sepenuhnya diakui sebagai orang yang sama hak dan kewajibannya. Akan tetapi, bagi orang yang semakin menghayati paradigma baru, ajaran agama sendiri merupakan dukungan.

Faham sekularistik membawa zaman maju dan berkembang. Mengapa kemunculan awalnya bernada anti-agama, adakah paham dalam agama menghambat kemajuan?

Tidak di mana-mana sekularisasi bersifat anti-agama. Di AS, misalnya, tidak pernah ada sentimen anti-agama. Masyarakat itu sekuler dan agamis sekaligus. Tetapi di beberapa daerah di Eropa, khususnya yang Katolik di Eropa selatan, sekularisasi muncul dalam bentuk sekularisme yang keras anti-agama, anti agama Katolik.

Latar belakangnya adalah kedudukan kuat Gereja Katolik dalam bidang politik dan budaya, yang di abad ke-18 dianggap menghambat modernitas. Baru di abad ke-20 ketegangan itu teratasi. Maka “laikalisme”, sikap keras anti "klerus" (hirarki dan rohaniwan/rohaniwati Katolik) --yang di Prancis mendasari sekularisme di sekolah-sekolah-- sekarang tidak lagi begitu terasa. (Dan, di Prancis, malah Islam yang merasakan akibat sikap negara yang semula diarahkan ke Gereja Katolik).

Romo mengatakan untuk menegakkan toleransi, mencapai perdamaian multikultural, alasan klasik benturan perbedaan etnis dan agama sudah tergantikan oleh antara “pendatang dan penduduk asli”. Dalam konteks Indonesia yang multikultural, bagaimana melepaskan sekat-sekat golongan eksklusivisme?

Sekat-sekat eksklusivisme hanya bisa diatasi dengan mengembangkan kehidupan demokratis, serta memfasilitasi komunikasi antar suku, golongan, umat beragama, ras. Segala usaha untuk menyekat masyarakat, misalnya melarang anak bergaul dengan anak beragama lain, itu mengancam perdamaian dalam masyarakat dan merupakan sikap jalan buntu. Hanya komunikasi terbuka mengajar anak, jadi orang untuk tahu betul bahwa saudara-saudari lain suku, lain agama, sama saja manusia dengan baiknya dan buruknya.

Dikotomi pendatang dan penduduk asli adalah keniscahyaan di Indonesia. Apakah benturan kultural sesuatu yang tak mungkin berakhir, apalagi semangat mementingkan golongan alamiah sifatnya?

Khususnya kemungkinan konflik antara penduduk asli dan pendatang perlu diwaspadai, karena bisa dipicu oleh persaingan ekonomis. Pendatang sering oleh penduduk asli dianggap “kurang peka”, diberi kesempatan lebih banyak, “mau merebut”, dan lain sebagainya.

Dan sebaliknya, para pendatang menganggap penduduk asli "malas", “tertutup”, “berprasangka”, dan lain sebagainya. Di situ, baik pendidikan di sekolah maupun bimbingan oleh pemerintah penting.

Untuk menjadi makhluk berbudaya, meninggalkan sikap lama “agama saya yang paling betul dan yang lain patut dicurigai”, peranan pendidikan strategis.

Menurut Romo, substansi pendidikan seperti apa yang melahirkan makhluk berbudaya seperti itu?

Pendidikan agama yang benar boleh saja tetap menegaskan keyakinan akan kebenaran agamanya sendiri. Tetapi, sekaligus mengajarkan hormat terhadap keyakinan-keyakinan lain.

Diajarkan bahwa yang menilai keyakinan orang adalah Tuhan, bukan manusia. Maka, kalau “saya” meyakini agama saya sebagai “kebenaran”, saya memang tidak akan mengakui agama lain sebagai kebenaran (dan itu wajar). Tetapi, saya dapat menghormati keyakinan lain, saya dapat melihat segi-segi positif dalam keyakinan beragama lain. Dan kita dapat bekerja sama untuk menciptakan masyarakat lebih baik.

Makhluk yang berbudaya itu sendiri, apa ciri-ciri dan orientasinya?
Makhluk berbudaya, pertama-tama adalah orang yang mampu membawa diri secara beradab dalam segala situasi dan dengan sendirinya tidak pernah memakai kekerasan, kecuali untuk membela diri, atau dalam menjalankan tugasnya sebagai polisi/tentara.

Ia tidak memukul orang dengannya ia bertabrakan. Ia bisa berbeda pendapat tajam, bahkan bertengkar, tetapi tidak memakai kekerasan. Ia selalu membawa diri secara beradab.

Agama-agama Abrahami mempunyai kekhasan eksklusif dan menganggap diri yang paling benar. Mengapa demikian padahal sumbernya sama, sedangkan dengan agama lain di luar Abrahami justru jarang terjadi benturan?

Keyakinan akan sebuah kebenaran dengan sendirinya eksklusif. Itu, belum suatu kelemahan.

Apabila saya sebagai orang Kristen meyakini Yesus sebagai “jalan, kehidupan, dan kebenaran” (Joh. 14:6), dan bahwa “tidak ada nama lain diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kisah 4:12), dengan sendirinya yakin bahwa Yesuslah pewahyuan diri Allah yang total, sehingga ia tidak dapat menemukan dalam tulisan-tulisan lain wahyu Tuhan.

Begitu orang Islam, dapat saja mengakui bahwa Yesus seorang nabi besar, tetapi tidak mungkin ia menerima bahwa Yesus adalah “Putera Allah”. Kalau dua agama berbeda, itu sama dengan mengatakan bahwa mereka mempunyai pandangan yang tidak, sekurang-kurangnya tidak seluruhnya, dapat disesuaikan.

Sikap meyakini kebenaran agamanya sendiri adalah wajar, asal tidak menghina keyakinan agama lain. Serahkan kepada Allah. Jadi, toleransi tidak menuntut agar orang mengurangi iman dalam rangka agamanya sendiri. Melainkan, bahwa orang bersedia menerima baik eksistensi orang berkeyakinan lain dalam keberlainannya.

Justru itulah yang dituntut dalam masyarakat plural modern. Kita tahu dan menerima bahwa orang dengan segala macam keyakinan religius yang tidak dapat kita ikuti sendiri, yang juga tidak perlu kita nilai, kita akui benar, tetapi kita menghormati keberadaan semua umat dan orang itu. Baru, itulah sikap sesuai modernitas.

Dalam konteks sebagai penganut agama yang baik toleransi masih sesuatu yang mustahil, walau semua agama mengajarkan sama kebaikan. Haruskah kadar keagamaan umat direduksi agar terhindar benturan?

Maka toleransi sangat perlu. Masyarakat Indonesia secara tradisional, barangkali karena pluralitas suku dan kepulauan, sudah tahu ada banyak perbedaan dan mampu menerimanya dengan baik. Itulah toleransi tradisional bangsa Indonesia.

Maka, bangsa Indonesia tidak perlu mengalami kesulitan untuk membangun masyarakat modern yang toleran.

Ancaman terhadap toleransi tidak terletak dalam budaya masyarakat, melainkan dalam eksklusivisme ideologis dan agamis. Jadi, orang-orang yang berdasarkan teori dan keyakinan sempit-fanatik mau memaksakan pandangan mereka kepada yang lain-lain.

Untuk menjadikan pluralisme berkembang baik, seperti di Amerika, mana sumbangan terbesar agama atau sekuralistik? Mengapa rakyat Indonesia tidak bisa inklusif, merasa di rumah sendiri jika merantau ke daerah lain?
Rakyat Indonesia bisa cukup inklusif asal tidak dihasut oleh pihak-pihak sempit-fanatik. Ajaran agama-agama benar sebetulnya mendukung penerimaan pluralitas. Maka yang penting agar di dalam umat masing-masing inklusivisme dikembangkan.